PESAN PASTORAL SINODE GKI DI TANAH PAPUA
Hai, sahabat DEAR
PELANGI …
Dalam doa dan gumul bagi
Papua menyikapi situasi yang sedang terjadi saat ini, maka saya bagikan di Blog
DEAR PELANGI, Pesan Pastoral Badan Pekerja Am Sinode GKI Di Tanah Papua sebagai
refleksi bagi kita. Siapapun kita saat ini, marilah menyadari bahwa sebuah
tindakan maupun sebuah kata, sebuah postingan di Media Sosial, maupun
sebuah informasi bagi dunia, hendaknya memberi tempat bagi kasih dan menghargai
kemanusiaan. Milikilah hati Kristus di Tanah Papua. Hati Kristus yang berpihak
bagi yang tersingkirkan, hati Kristus yang mendamaikan, hati Kristus yang
mengecam kemunafikan, hati Kristus yang meletakan kemanusiaan pada tempat semestinya,
hati Kristus yang mempersatukan persekutuan. Bukankah kita adalah gambar
Kristus? Stop saling menghakimi, berhenti saling menuding. Jadilah agen pembaharuan dan damai agar Papua dipulihkan. Simak dan renungkan Pesan Pastoral di bawah ini.
PESAN PASTORAL
KEPADA
PIMPINAN-PIMPINAN KLASIS, PARA PELAYAN FIRMAN, MAJELIS JEMAAT DAN JEMAAT-JEMAAT
GEREJA KRISTEN INJILI DI SELURUH TANAH PAPUA
Salam Damai dalam
Yesus Kristus Tuhan kita
Menghadapi keadaan
yang berlangsung di Tanah Papua pada bulan-bulan terakhir ini
(Agustus-September 2019) maka Badan Pekerja Am Sinode Gereja Kristen Injili di
Tanah Papua merasa perlu untuk mengeluarkan pesan pastoral kepada
pimpinan-pimpinan klasis, para Pelayan Firman, Majelis Jemaat dan jemaat-jemaat
Gereja Kristen Injili di seluruh Tanah Papua, untuk menjadi pedoman dan
pegangan dalam segala keadaan.
Gereja
Kristen Injili di Tanah Papua mengaku bahwa ia adalah “Persekutuan jemaat-jemaat Kristen Injili di Tanah Papua”, yang
dipanggil Tuhan, dan dibangun di atas dasar para Rasul dan Nabi, dengan batu
penjurunya ialah Yesus Kristus sendiri (Efesus 2: 20). Persekutuan
jemaat-jemaat ini sangat oikoumenis karena terdiri dari beragam suku-suku di
Papua dan suku-suku dari luar Papua. Kita semua telah menjadi saudara dalam
persekutuan jemaat. Sejak masa Zending sampai dengan GKI berdiri sendiri bahkan
sampai saat ini, kita telah hidup bersama dalam persekutuan sebagai “Tubuh Kristus”,
kita telah bersaksi bersama dan melakukan pelayanan kasih bersama dalam konteks
Gereja Kristen Injili di Tanah Papua. Karena itu jemaat-jemaat Kristen Injili
di seluruh Tanah Papua hendaknya tetap menjaga persaudaraan sejati di dalam
kasih Kristus, dalam segala keadaan, terutama dalam keadaan sosial-politik di
Papua, yang mengkotak-kotakkan manusia dan mengaburkan makna saudara di dalam
Kristus.
Menyikapi
permasalahan rasis terhadap mahasiswa Papua, yang berawal dari peristiwa di
Malang dan Surabaya, pada tanggal 15,16 dan 17 Agustus 2019, dan berdampak pada
aksi-aksi dan ekspresi perlawanan dan penolakan terhadap masalah rasial
tersebut, maka kami menegaskan bahwa sesungguhnya semua manusia adalah sama
harkat dan martabatnya di mata Allah karena semua manusia adalah ciptaan Allah
yang sangat mulia. Allah menjadikan manusia menurut gambar dan rupa-Nya dan Allah memberkati mereka (Kej. 1: 26-28). Atas dasar firman
Tuhan ini maka penghinaan kepada manusia ciptaan Allah adalah bentuk penghinaan
dan penistaan terhadap Tuhan Allah pencipta langit dan bumi yang menciptakan
manusia menurut rupa dan gambar-Nya. Berkat Allah atas manusia sesudah
penciptaan adalah penegasan bahwa manusia yang adalah gambar dan rupa Allah itu
adalah manusia-manusia yang diberkati oleh Allah dengan berkat-berkat rohani
mau pun jasmani. Atas dasar kesaksian Alkitab ini, maka kami menolak segala
bentuk pelecehan dan penghinaan rasial kepada sesama manusia, khususnya kepada
orang asli Papua, karena bertentangan dengan hak-hak azasi dan martabat
manusia.
Marilah
kita menggalang persatuan dan kesatuan sebagai sesama saudara di dalam Tuhan
dengan menghentikan penggunaan istilah “Gunung dan Pantai”, karena semua orang
sama di mata Tuhan. Mari kita pertahankan dan galang persaudaraan sebagai wujud
“Manusia Baru” di dalam Kristus, seperti yang diajarkan dalam Kolose 3: 9-11 “…
kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan
manusia baru yang terus menerus diperbarui untuk memperoleh pengetahuan yang
benar menurut gambar Khaliknya; dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau
orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang
Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala
sesuatu”.
Kepada
semua Pelayan Firman: Pendeta, Guru Jemaat, Penginjil, Penatua dan Syamas, juga
anggota-anggota jemaat GKI di seluruh Tanah Papua, untuk secara bijak menerima
semua informasi yang beredar dan menguji setiap berita yang diterima karena
melalui berbagai media elektronik banyak beredar berita-berita bohong yang
bersifat menghasut dan mengadudomba serta memancing kemarahan dan kerusuhan.
Selain itu untuk menjaga suasana aman dan damai maka semua pelayan Firman dan
jemaat-jemaat, diminta untuk tidak menyebarkan berita-berita atau pesan-pesan
yang tidak bertemakan damai, atau yang membakar situasi dengan kalimat-kalimat
yang tidak membangun persaudaraan dan perdamaian seperti yang diajarkan Tuhan
Yesus Kristus. Marilah kita menjadi pembawa damai karena Yesus Kristus sudah
datang dan telah mendamaikan kita dengan Allah dan sesama manusia.
Dalam keadaan di mana terjadi unjuk rasa,
kecurigaan, kebencian, saling menyakiti bahkan pembunuhan yang memakan korban
masyarakat sipil maupun pihak keamanan maka jemaat-jemaat dihimbau untuk berdoa
dengan sungguh-sungguh, meminta kepada Allah agar menolong dan memulihkan
Papua, berdoa bagi pemerintah dan bagi petugas keamanan, berdoa bagi para
pejuang Hak Asazi Manusia, pendamping hukum yang terancam, berdoa bagi
korban-korban dan keluarga korban yang berjatuhan dalam konflik horizontal,
berdoa bagi masyarakat adat dalam upaya melindungi
anggota-anggota masyarakat, berdoa bagi para pelayan Firman dalam upaya menjaga
persekutuan dan perdamaian, berdoa bagi mereka yang terancam dan tertekan,
berdoa bagi upaya-upaya perdamaian di seluruh Tanah Papua. Berdoa bagi pimpinan
Sinode GKI dalam memainkan peran mediator dan pembawa damai, bagi gereja-gereja
yang ada di seluruh Papua. Untuk itu mulai Minggu, tanggal 29 September 2019
diadakan doa khusus pada hari Minggu dalam ibadah-ibadah jemaat pada pukul
06.00-07.00, 09.00-10.00 dan 19.00-20.00, serta doa dalam ibadah unsur-unsur
jemaat, ibadah keluarga, dan ibadah Kelompok Sel Pemuridan (KSP), serta doa di
rumah masing-masing keluarga,
Demikian pesan pastoral Badan Pekerja Am Sinode Gereja Kristen Injili di
Tanah Papua yang dibuat untuk menyikapi situasi yang telah dan sedang
berlangsung di Tanah Papua. Tuhan memberkati dan melindungi kita sekalian.
Jayapura, 24
September 2019
BADAN PEKERJA AM
SINODE GKI DI TANAH PAPUA.
Belum ada Komentar untuk "PESAN PASTORAL SINODE GKI DI TANAH PAPUA"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.