DRAMA NATAL : CANGKIR YANG BERSUARA (II Korintus 5:18-21)
Narator
:
Menjalin kasih adalah menyatakan
surga bagi kehidupan bersama karena setiap
orang saling membutuhkan. Tanpa kehadiran orang lain, hidup akan terasa hampa dan
tak dapat berkembang. Persaudaraan
yang rukun adalah anugerah terindah seperti ketika mentari bersinar dan memancarkan cahayanya. Namun kadangkala mendung kebencian mengintip dan irih hati
merongrong. Tergores antara suka dan duka saat ingin menjalin keakraban. Suatu hal
yang pasti tak ada kasih yang lebih besar daripada mengorbankan harta benda
untuk meraih persaudaraan itu. Dan ketika semuanya terbersit dalam “suara cangkir”
seolah ia pun menyuarakan persaudaraan sejati. “Ketika Cangkir Bersuara”…
(Tokoh
1 Masuk)
Narator :
Ini
cangkir tapi bukan cangkir biasa, ini cangkir kehidupan. Seperti
cangkir, menampung
manisnya suka dalam kehidupan dan
kadang tertutup pahitnya sedih. Ada pegangan,
pegangan pada raga yang
lemah agar tak terjatuh ketika dosa
menggoda. Hati – hati, mudah retak mudah pecah dan bisa melukaimu.
(Tokoh 2 masuk)
Narator :
Kita bersaudara,
seperti
cangkir. Saat tak berisi asa,
dibuang layak
tak tentu. Mengukir cerita
lama yang sudah usang, kita tak pantas
bersuara seperti ini. Seperti
cangkir, mudah retak karena sudah tak mampu berbuat, pun muak tuk
melanjutkannya. Tapi tak ada
kisah itu buat kita kini
(Tokoh
3 masuk)
Narator :
Sebuah cangkir yang harganya mahal tetapi tak semahal
persaudaraan dan
kebersamaan persekutuan kita. Sebuah cangkir indah tapi tak
seindah persaudaraan kita.
Sebuah cangkir gampang pecah dan retak, persaudaraan jangan sampai retak
apalagi pecah. Jagalah cangkir persaudaraan jangan diisi dengan irih hati,
perseteruan atau dengki dan jangan diisi dengan minuman memabukan apalagi dosa.
Tapi isilah cangkir dengan kasih yang menampung segala suka dan duka kehidupan dan cangkir
persaudaraan yang telah dirajut oleh tangan-tangan pemenang kasih.
(tokoh 4 masuk)
Narator :
Kujadikan cangkir ini sebagai kisah kita. Tanda semuanya
belum usai, ia masih ada diantara kita.
Bagiku, cangkir
ini adalah persahabatan
kita. Ada kasih di
cangkir itu!! Saat kidung Natal menjadi momen kelahiran Kristus, saat itu pula
kehadiran persaudaraan hendaknya diluruskan kembali. Semangat persaudaraan
menjadi tanda bahwa kita pun diutus untuk mewartakan tanda kasih Yesus kepada
semua orang. Kado Natal tak selamanya harus yang mewah, hanya sebuah pengertian
yang menghantar kasih Yesus untuk dihayati bersama. Semoga dengan pesta Natal,
kita tetap memberi warna kasih dalam persaudaraan kita dengan sesama.
Refleksi
dari Pelayan Ibadah :
II
Korintus 5:18-21
“PELAYANAN
UNTUK PENDAMAIAN”
Kita
semua tahu Cangkir/Gelas. Kita menggunakannya untuk minum entah minum teeh,
minum saat haus atau makan. “Cangkir yang bersuara” adalah judul refleksi dari
fragmen yang dipertunjukan tadi. Pertanyaan kita adalah : Apakah cangkir dapat
bersuara seperti manusia? Tentu tidak, yang dimaksud cangkir atau gelas
bersuara adalah bunyi khas ketika cangkir atau gelas saling bertemu atau
beradu, juga bunyi cangkir yang jatuh atau pecah.
Cangkir
atau gelas adalah barang pecah belah. Gampang retak dan mudah pecah. Karena itu
ketika kita membawa barang pecah belah sebagai bagasi maka di bagasi itu akan
tertulis : “Awas, barang pecah belah” atau “hati – hati gampang pecah”. Cangkir
atau gelas akan dijaga dengan baik agar aman dalam perjalanan sampai tiba di
tempat tujuan.
Lalu
apa hubungan cangkir bersuara dengan Natal yang kita rayakan saat ini? Memang
cangkir bukan bagian dari aksesoris Natal seperti halnya Lilin, atau Pohon Nata
atau Kandang dengan Palungan. Tetapi dari refleksi “Cangkir yang bersuara”,
kita belajar tentang persahabatan, persaudaraan dan kebersamaan dalam keluarga
yang rukun sebagai panggilan Allah bagi saya dan saudara.
Inti
dari bacaan Alkitab bagi kita dalam perayaan Natal ini adalah Allah mendamaikan
dunia dengan diriNya oleh karena Kristus. Yesus Kristus adalah karya pendamaian
itu. Oleh karena dunia telah diperdamaikan dengan Allah melalui Kristus, maka
kepada setiap orang percaya ada seruan: : “Berilah
dirimu didamaikan dengan Allah”.
Hakekat
Natal adalah pendamaian Allah, pendamaian dunia, pendamaian di antara sesama manusia.
Jadi merayakan Natal berarti kita mesti hidup saling berdamai satu dengan yang
lainnya karena Allah sudah mendamaikan. Allah sudah merendahkan diriNya. Allah
sudah menjadi manusia. Apabila kita tidak hidup dalam perdamaian dengan orang
lain maka itu artinya kita menyangkal hakekat Natal.
Hari
ini ketika kita merayakan Natal Yesus Kristus, marilah kita bertanya pada diri
kita masing – masing: “Apakah kita sudah saling berdamai antara suami/istri,
orang tua/anak, kakak/adik, tetangga bertetangga dan dengan sesama kita yang
lain? Marilah kita belajar dari Kisah Cangkir. Ketika beberapa sahabat berkumpul
dan minum teeh bersama dan mengikat persahabatan maka mereka akan saling “tosh”.
Gelas dan cangkir akan saling beradu seperti bunyi dalam refleksi tadi, maka
minum teeh dan persahabatan akan terus berlanjut.
Sebaliknya,
jika terjadi benturan keras akibat cangkir dibanting maka cangkir akan pecah.
Bila sudah pecah cangkit tidak dapat digunakan lagi, serpihannya akan dibuang.
Hidup persaudaraan, hidup persekutuan dan hidup keluarga memang sering
mengalami benturan tapi janganlah sampai pecah. Kemarahan, irih hati, kebencian
dan egoisme yang seringkali menyebabkan persaudaraan dan persahabatan menjadi
retak bahkan pecah, hendaknya kita tanggalkan. Melalui Natal, Yesus Kristus
telah datang untuk menjadi jembatan yang menyatukan bukan membuat pecah.
Rayakanlah Natal dengan sukacita dengan tetap menjaga kebersamaan, persekutuan
dan persaudaraan jangan sampai pecah.
Terimalah
damai Natal dari Kristus. Alamilah kuasa Natal Yesus Kristus. Jadilah pembawa
damai Natal dari Kristus. Jadikan hidup seperti cangkir atau bejana yang diisi
oleh kasih Kristus , diisi oleh FirmanNya dan bukan oleh irih hati, dengki,
amarah, kebencian juga roh kemabukan. Selamat Merayakan Natal Yesus Kristus.
(Keterangan
: Adegan para tokoh masuk dapat dikreasikan berupa gerakan pantomim dengan
cangkir, tarian cangkir, atraksi cangkir dan lain sebagainya yang cocok dengan
konteks masing – masing). Tuhan memberkati.
Belum ada Komentar untuk "DRAMA NATAL : CANGKIR YANG BERSUARA (II Korintus 5:18-21) "
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.