MENYATAKAN DAMAI SEJAHTERA (Roma 14:13-23)
Dalam sebuah kelompok masyarakat atau persekutuan, beda
pendapat, beda prinsip, beda kepentingan adalah hal yang wajar. Tapi perbedaaan
yang wajar dalam hidup bersama dapat menjadi tidak wajar dan menimbulkan persoalan
apabila masing – masing hanya memperhatikan kepentingannya dan mementingkan
egonya. Keindahan pelangi terlihat karena warna – warninya: merah, jingga,
kuning, hijau, biru dan ungu. Bila pelangi hanya terdiri dari satu warna saja
maka tentu akan terlihat biasa – biasa saja. Penonjolan diri dan penguasaan
terhadap pihak lain di tengah berbagai perbedaan, itulah yang menciptakan
konflik.
Konflik karena perbedaan pernah terjadi dalam kehidupan
jemaat di Roma. Ada kelompok Kristen asal Yahudi, yang sudah percaya kepada
Yesus tetapi masih mematuhi peraturan Hukum Taurat dan adat istiadat Yahudi.
Masih menjalankan peraturan soal makanan yang halal dan haram. Masih merayakan
hari – Sabat dan hari – hari penting lainnya. Lalu ada kelompok Kristen asal
non Yahudi. Mereka juga sudah percaya Kristus tetapi yang satu ini tidak
bertumbuh dalam tradisi keyahudian. Tidak terikat pada aturan tentang makanan
dan minuman serta hari – hari tertentu. Kedua kelompok dalam jemaat Roma ini,
kemudian saling menghina, saling menghakimi dan karena soal makanan mereka
bersiteru. Kasih diantara mereka hanya pura – pura.
Persoalan inilah yang membuat Paulus menulis Surat Roma.
Paulus menasihati agar jemaatnya hidup bersama dalam kerukunan dan kasih.
Paulus menegor jemaat : Janganlah saling
membinasakan karena soal makanan. Jangan menyakiti hati saudaramu. Jangan
menjadi batu sandungan bagi saudaramu karena perbedaan – perbedaan yang ada.
Paulus menegaskan bahwa “kerajaan Allah
bukan soal makanan, bukan soal minuman tapi soal kebenaran, damai sejahtera dan
sukacita oleh Roh Kudus” (ayat 17).
Bagi kita soal makanan dan minuman mungkin adalah soal yang
sepele, tapi bagi Paulus pertentangan soal makanan dan minuman dalam jemaat di
Roma bukanlah soal sepele. Sebab apa yang terjadi dalam jemaat di Roma telah
merusak pekerjaan Allah. Untuk itu, Paulus mengajak jemaat agar mengejar apa
yang mendatangkan damai sejahtera dan hal – hal yang berguna untuk saling
membangun. Artinya berusaha sekuat tenaga untuk menciptakan kedamaian, menjaga
diri dari segala hal yang menjadi batu sandungan bagi orang lain. Segala sesuatu yang dilakukan hendaklah
berdasarkan iman.
Soal makanan dalam jemaat di Roma adalah salah satu bentuk
saja yang terlihat dari soal perbedaan yang mengakibatkan konflik. Akar dari
persoalan itu adalah jemaat tidak hidup di dalam kasih, tidak saling menerima
berbagai perbedaan dan tidak saling membangun. Dalam kehidupan kita sekarang,
persoalan seperti yang terjadi dalam jemaat di Roma, muncul dalam berbagai
bentuk yang lain. Di Indonesia, di Papua bahkan dalam GKI Di Tanah Papua,
perbedaan adalah fakta yang tidak dapat kita tolak. Kemajemukan adalah realita.
Perbedaan dalam kemajemukan sesungguhnya menjadi ciri khas dan kekayaan kita.
Tetapi kenyataannya, seringkali berbagai perbedaan menimbulkan konflik.
Akhir – akhir ini keutuhan hidup bersama sedang menghadapi
ancaman sangat hebat. Persoalan – persoalan kecil menimbulkan dampak buruk yang
besar. Saling mempersalahkan, saling menjatuhkan, saling menghina, saling mengejek,
hoax dan provokasi mewarnai kehidupan bersama. Kita tidak lagi hidup harmonis
dan nyaman di rumah bersama. Perbedaan kepentingan politik, agama, ras yang
mestinya menjadi kekayaan telah berubah menjadi ancaman. Keharmonisan hidup
bersama ibarat telur yang berada diujung tanduk.
Kita hidup bersama, kita menjadi anggota gereja yang sama
tetapi hati tidak bersama. Kita saling berjabat tetapi hati tidak saling
berjabat. Dalam banyak hal kita seringkali menjadi batu sandungan bagi orang
lain bahkan dalam hal – hal yang kelihatannya sepele tapi telah merusakan
pekerjaan Allah. Apakah yang dapat kita saksikan kepada dunia jika karena
kepentingan agama, kepentingan politik, kepentingan suku membuat kita saling
menghakimi dan saling membinasakan. Hal ini memalukan karya Kristus sendiri.
Karena itulah mari kita tanggalkan segala hal yang
menimbulkan konflik. Mari kita robohkan tembok – tembok pemisah, tembok –
tembok keegoisan dan AIDS : Angkuh, Irih, Dendam, Sombong. Mari kkta wujudkan
damai sejahtera dan saling membangun. Mari kita lakukan semuanya berdasarkan
iman. Itulah kesaksian kita bagi dunia agar tanda – tanda kerajaan Allah
menjadi nyata, nama Tuhan semakin dimuliakan dan kita semua dipersatukan di
dalam naungan kasihNya. Tuhan memberkati.
Betapa indahnya membangun persekutuan jemaat yang tidak mempersoalkan apapun yang bersifat jasmani di antara sesama saudara seiman di dalam Kristus Yesus.
BalasHapusAmin ...
HapusTerima kasih sahabat DEAR PELANGI ...
Tuhan memberkati ...