ALLAH MENGHUKUM MANUSIA (Kejadian 6:1-8)
Mengimani Allah berarti mengambil keputusan untuk
memilih antara hidup bergaul dengan Allah atau hidup dalam dosa. Taat kepada
Allah atau melawan Allah. Terang atau gelap. Hitam atau putih. Dalam hal
beriman tidak ada wilayah abu – abu, karena Allah tidak kompromi dengan dosa.
Kejadian 6:1-8 yang menjadi bagian pembacaan
Alkitab bagi kita hari ini mengisahkan tentang kejahatan manusia karena manusia
yang memilih untuk tidak taat. Kehidupan manusia menjadi rusak karena pilihan
manusia sendiri. Padahal ketika Allah menciptakan langit dan bumi dalam
Kejadian 1, setiap karya penciptaan Allah selalu diakhiri dengan sebuah
kesimpulan : “Allah melihat bahwa
semuanya itu baik”. (Kejadian 1:10,12,18,21,25).
Terlebih manusia yang dijadikan segambar dan
serupa dengan Allah. Manusia menjadi makhluk termulia dan puncak seluruh
penciptaan Allah. Manusia bahkan diberi kuasa untuk mengusahakan dan memelihara
alam ciptaan Allah. Allah menjadikan manusia dalam keberadaan sungguh
amat baik (Kej. 1:31). Tentunya, Allah mengharapkan manusia hidup secara baik
sesuai maksud Allah.
Tetapi manusia ternyata jatuh ke dalam dosa karena
tergoda dan memilih tidak taat kepada perintah Allah (Kejadian 3). Akibatnya
Allah menghalau manusia dari hadapanNya. Dan yang sangat memprihatinkan adalah
manusia yang telah jatuh ke dalam dosa tetap memilih hidup dalam dosa. Dosa
menjadi candu yang meracuni dan merusak hidup manusia. Dalam pembacaan kita ini
digambarkan betapa manusia mulai bertambah jumlahnya tetapi juga manusia terus
menerus hidup dalam dosa dan kejahatan semakin bertambah.
Anak – anak Allah yang mestinya hidup dalam
ketaatan kepada Allah justru tergoda dengan anak – anak perempuan manusia yang
hidup dalam dosa. Ketika anak – anak Allah melihat kecantikan para perempuan
manusia, mereka mengambil para perempuan itu sebagai istrinya, siapa saja yang
mereka sukai. Model perkawinan yang dibangun secara sembarangan dan karena
keinginan nafsu birahi, telah melahirkan anak-anak yang disebut pada ayat 4,
orang-orang yang gagah perkasa dan gagah berani, namun perkasa dan berani untuk
melakukan kejahatan.
Allah dilupakan atau ditentang secara
terang-terangan. Kejahatan manusia semakin besar di bumi. Kata “kejahatan” diterjemahkan dari kata Ibrani: “ra”
yang menunjuk kepada tingkah laku yang tidak diperkenankan oleh Tuhan. Pekerjaan tangan Allah telah dicemarkan manusia.
Gambar Allah itu telah dihancurkan oleh karena dosa.
Betapa besarnya kejahatan
manusia sehingga disebutkan pada ayat 6 bahwa Allah menyesal telah menjadikan
manusia. Kata “menyesal” dalam teks ini memiliki pengertian bahwa Allah menjadi
sedih dan tersakiti oeh karena dosa yang telah dan tengah diperbuat oleh
umat-Nya. Dan kesedihan atau kesakitan yang dialami oleh Allah itu disebabkan
oleh dosa manusia yang memperburuk dan merusakkan gambar Allah.
Di tengah situasi dan
kondisi yang penuh dengan kejahatan, Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan.
Nuh hidup bergaul dengan Tuhan. Nuh tidak ikut arus zaman itu, meskipun arus
dan godaan kejahatan begitu besar. Nuh tetap hidup benar di mata Tuhan. Melalui
Nuh maka peradaban dan kelangsungan manusia dipulihkan kembali oleh Allah.
Allah menghukum manusia yang hidup
penuh kejahatan dan dosa dengan cara menghapuskan manusia dari muka bumi
melalui air bah. Tetapi Nuh dihormati Allah karena ia hidup bergaul dengan
Allah. Siapa yang bergaul dengan Allah tidak akan terhapus dari hadapan Tuhan,
tetapi siapa yang hidup melawan Allah dan menikmati kubangan dosa akan
dihapuskan hidupnya oleh Tuhan.
Di dalam Kristus kita sudah memperoleh
kasih karunia Allah. Sehingga kita diselamatkan dari dosa. Tapi sayangnya masih
ada orang Kristen yang tetap menyukai dosa. Dalam Kejadian 6 ini, sifat
dosa manusia dengan terang-terangan ditunjukkan dalam dua hal utama: nafsu
seksual (ayat 2) dan kekerasan (ayat 11). Sampai sekarang arus dosa itu malah
semakin hebat dan kuat. Kebejatan manusia tidak berubah; nafsu dan kekerasan seolah - oleh menjadi trend. Perilaku amoral,
kefasikan, pornografi, dan kekerasan menguasai masyarakat kita tanpa memandang
usia. Dan kita masih terlalu menikmati dosa – dosa itu ibarat babi yang selalu
asyik menikmati kubangan lumpur.
Domba dan babi memang
sama – sama hewan tetapi keduanya memiliki tabiat yang sangat berbeda. Jika
domba jatuh ke dalam kubangan lumpur maka secara spontan ia akan berusaha
keluar dari kubangan lumpur itu karena domba adalah binatang yang tidak suka
dengan hal yang kotor. Berbeda dengan babi. Babi kalau jatuh ke dalam kubangan Lumpur.
Justru makin asyik menikmati kubangan Lumpur itu dan tidak berinisiatif untuk
ke luar dari kubangan lumpur karena memang babi adalah binatang yang suka dengan kubangan lumpur yang
kotor. Simbol bagi kita sebagai gereja adalah Domba dan bukan Babi. Kita bisa
jatuh ke dalam dosa tetapi mesti segera bangkit dan bertobat dari dosa. Jangan meniru
kelakuan Babi yang selalu menikmati dosa, menganggap dosa biasa – biasa saja
dan tetap terikat dalam belenggu dosa : miras, narkoba, seks bebas, candu
digital, dan mengabaikan Tuhan.
Ingatlah saudaraku, murka Tuhan
menghukum manusia dapat terjadi kapan dan dimana saja bagi mereka yang
melakukan kesalahan dan dosa, terutama dosa karena tidak dapat menempatkan diri
sebagai anak-anak Allah di tengah kehidupan duniawi yang jahat. Oleh sebab itu hari
ini kita
diperhadapkan pada pilihan iman. Manakah yang kita pilih hidup taat atau
melawan ? Menjadi Terang atau menikmati Gelap ? Beroleh hukuman atau mendapat
kasih karunia? Bila kita sudah mendapatkan kasih karunia dalam Kristus, marilah
memelihara iman dengan hidup berkenan kepada Allah meskipun kita berada di
tengah – tengah angkatan yang bengkok hatinya. Selamat Hari Minggu. Tuhan
memberkati.
Belum ada Komentar untuk "ALLAH MENGHUKUM MANUSIA (Kejadian 6:1-8)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.