SEHATI DAN BERTEKUN DALAM DOA (Kisah Para Rasul 1:12-14)
Orang yang menanti-nantikan Tuhan seperti
burung rajawali. Rajawali selalu memiliki kekuatan baru, tidak menjadi lesu dan
lelah. Orang yang menanti janji Tuhan akan memiliki semangat, kemampuan dan
kekuatan yang selalu baru. Masa menanti janji Tuhan adalah masa aktif, masa
berbuat, masa bertindak, masa berdoa dan saling melayani seperti yang dilakukan
oleh Para Rasul sesudah Yesus Naik ke sorga.
Pada ayat 12 pembacaan kita,
disebutkan bahwa sesudah Yesus naik ke sorga kemudian Rasul – rasul kembali ke Yerusalem.
Kata “kembali” (Yunani : hupostrepho)
bukan hanya bermakna pulang ke Yerusalem. Tetapi kata ini mengandung arti bahwa Rasul – rasul kembali berbalik dari sikap terpaku, terpana
menatap ke langit (band, ayat 11 kata melihat, - Yunani : “atenizo” = melihat secara lama dan tetap tanpa melakukan
sesuatu); kepada sebuah kesadaran, semangat dan sikap baru. Ketika mereka
berbalik, mereka mengalami perubahan sikap dari “terpana” pada yang Ilahi
menjadi “sadar” pada realitas dunia yang harus mereka hadapi. Kembalinya para
Rasul ke Yerusalem menjadi sebuah titik perubahan yang sangat penting.
Para murid mengalami proses
perubahan. Saat kematian Yesus, mereka putus asa, takut dan tercerai berai.
Ketika kenaikan Yesus ke Sorga, mereka terpaku menatap ke langit. Maka
kembalinya mereka ke Yerusalem, mereka sehati bertekun dalam doa. Kata bertekun
(Yunani : “proskatereo”) artinya
rajin, bersungguh – sungguh, menghabiskan banyak waktu. Jadi mereka saling
melayani, saling mendoakan, saling menasihati, saling menguatkan dan kesehatian
mereka semakin kuat. Mereka menunggu bukan dengan berdiam diri atau mengurung
diri tetapi dengan bertekun dalam doa. Persekutuan terwujud dalam doa bersama. Murid
beroleh kekuatan baru dalam persekutuan yang bertekun dan berdoa.
Beberapa pelajaran bagi kita selaku
orang percaya di masa kini adalah:
1.
Gereja Tuhan mesti sehati.
Kita harus jujur mengakui bahwa kesehatian telah semakin luntur dan pudar
dalam Keluarga Kristen juga dalam Gereja. Banyak rumah tangga Kristen yang
hancur karena suami isteri tidak lagi sehati. Gereja – gereja bermunculan
karena ada perpecahan. Kita duduk bersama, kita melayani bersama tapi tidak sehati.
Firman Tuhan memberi pelajaran bagi kita, bahwa dalam banyak hal kita memang
berbeda, keinginan kita berbeda, pendapat kita berbeda tetapi Kristus
menghendaki kita menjadi satu. Kita bersekutu bersama adalah untuk mencari dan
mendapatkan kekuatan dari Tuhan bukan sebaliknya menjadikan Gereja sebagai tempat
menunjukkan power kita. Kecenderungan untuk menonjolkan diri inilah yang
menjadi racun dalam gereja sehingga gereja tidak sehati.
2.
Gereja Tuhan mesti tekun berdoa.
Bertekun dalam doa adalah respons iman sebagai wujud ketaatan kita pada
Kristus. Doa adalah nafas kehidupan. Bertekun dalam doa harus menjadi gaya hidup
orang beriman. Sesudah para murid menerima Roh Kudus, ketekunan dalam doa menjadi
gaya hidup mereka. Gereja mesti bertekun dalam doa. Bertekun dalam doa berarti
memberi tempat terpenting bagi doa dalam hidup pribadi, keluarga dan kehidupan
berjemaat. Tetap berdoa dan beriman dalam keadaan apapun yang dialami. Bukan
hanya berdoa tetapi juga bekerja dengan tekun dan setia.
Binatang tercepat di bumi ini menurut para ilmuwan adalah macan tutul
Afrika. Kecepatannya berlari mencapai tujuh puluh mil perjam. Namun ada satu
kelemahan pada binatang ini, dia memiliki jantung yang kecil sehingga ia cepat
lelah. Jadi jika ia tidak cepat menangkap mangsanya, ia tidak dapat bertahan. Ada
banyak orang Kristen memiliki hati seperti macan tutul Afrika ini dalam soal
berdoa. Berdoa dengan meledak – ledak tetapi tidak bertekun, tidak bersabar
menanti janji Tuhan. Tuhan tidak mengharapkan umat-Nya memiliki hati macan
tutul, namun Tuhan mengharapkan kita memiliki hati burung rajawali,
Doa adalah kekuatan bagi Gereja.
Gereja pada masa kini tidak beda jauh dengan persekutuan jemaat mula - mula
ini. Gereja adalah kelompok minoritas. Di beberapa tempat, gereja mengalami
ancaman dan penganiayaan. Namun kunci kekuatan bahkan kemenangan Gereja
terletak pada sikap yang bersandar penuh kepada Allah. Kekuatan Gereja di dalam
Allah bersumber dari doa. Oleh karena itu, dalam masa-masa menjelang peringatan
Pentakosta marilah kita meneladani para murid Yesus dengan bertekun dan
bersekutu dalam doa.
3.
Gereja aktif untuk bersaksi,
bersekutu dan melayani.
Gereja sedang menantikan Kristus yang
akan datang kembali pada kali yang kedua. Gereja harus semakin aktif, semakin
giat bersekutu, bersaksi dan melayani. Menanti memang bukan pekerjaan enak, malah
kadang menyebalkan. Menunggu adalah pekerjaan yang membosankan. Dalam masa
penantian, para murid tidak menanti dengan bertopang dagu. Mereka semua
bertekun dengan sehati dalam doa bersama. Dalam masa penantian kedatangan
Kristus kembali kita harus tetap memiliki semangat dan kekuatan yang tidak
boleh habis atau pudar. Seperti sifat burung rajawali yang suka hidup
berkelompok, maka kita akan tetap kuat, tidak letih, lesu kalau kita hidup
dalam persekutuan bersama. Kalau rajawali tetap berjuang walau angin kencang,
maka orang yang menantikan Tuhan pun akan tetap maju berjuang walau angin badai
persoalan menerpa. Kalau rajawali mampu terbang tinggi untuk melihat sasaran
yang lebih luas, maka orang yang menantikan Tuhan akan selalu memiliki
cakrawala pandang dan daya pikir yang luas.
“Orang
yang menantikan Tuhan seumpama Rajawali yang naik terbang dengan kekuatan
sayapnya, mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak
menjadi lelah.” (Yes 40:31). Tuhan memberkati.
_WarOpen, 0206’19_
Terimakasih u/ tulisan yg bermanfaat ini ibu pendeta...🙏🙏🙏
BalasHapusSama - sama .... Tuhan memberkati!
Hapus