PENTAKOSTA I DAN PEMBERKATAN NIKAH (Kisah Para Rasul 2:1-13)
Hari ini kita merayakan Pentakosta.
Perayaan Pentakosta dalam Perjanjian Lama adalah Perayaan Tujuh Minggu yaitu 50
hari sesudah Peristiwa Paskah Keluarnya Bangsa Israel dari Mesir. Pentakosta
dirayakan sebagai pengucapan syukur atas hasil panen gandum dan pengucapan
syukur pemberian Hukum Tuhan di Sinai. Umat mengucap syukur kepada Allah yang
telah memberi berkat Jasmani dan Rohani. Umat mengucap syukur karena Tuhan
memelihara kehidupan umat dengan cintaNya.
Dalam Perjanjian Baru, perayaan Pentakosta
dikaitkan dengan peristiwa pencurahan Roh Kudus di Yerusalem yaitu 50 hari sesudah Kebangkitan Yesus. Peristiwa
pencurahan Roh Kudus berlangsung dalam perayaan Pentakosta sebagaimana
pembacaan kita dalam Kisah Para Rasul 2:1-13. Di dalam bagian pembacaan ini, Roh
Kudus dicurahkan memakai simbol yang kelihatan dan kedengaran yaitu bunyi
seperti tiupan angin yang keras dan api. Angin dan api melambangkan kehadiran
Allah di tengah kehidupan umat. Allah hadir di tengah umat, dalam kuasa dan
kasihNya.
Dalam kuasa Tuhan ada mujizat : para murid
dapat bersaksi tentang Tuhan dengan Bahasa dari orang – orang yang hadir di
Yerusalem saat itu. Kuasa Tuhan menjadikan apa yang tidak mungkin menjadi
mungkin. Dalam kasih Tuhan ada keajaiban : Roh Kudus menggerakan para murid
untuk menjadi gereja yang sehati dalam kasih yang nyata.
Roh Kudus yang yang telah dicurahkan
itu masih tetap bekerja sampai sekarang. Fungsi utama dari Roh Kudus adalah
bekerja dalam diri manusia supaya kita menjadi saksiNya dalam kehidupan kita
sehari-hari, melalui perbuatan kasih kita, melalui kebaikan hati kita, melalui
telinga-telinga yang mau mendengar keluh kesah orang lain, dan melalui
tindakan, atau juga melalui teladan hidup kita.
Dalam Perayaan Pentakosta hari ini
ada 1 pasangan pengantin yang akan menerima pemberkatan Nikah dan 2 orang anak
yang akan dibaptiskan dalam Sakramen pembaptisan kudus. Momen Pentakosta mengingatkan
kita bahwa kunci keharmonisan dalam keluarga kristen, kunci pertumbuhan iman
anak – anak yang dibaptis terletak pada sejauhmana kita memberi hidup keluarga,
hidup anak – anak untuk dipimpin oleh Roh Kudus. Apabila Roh Kudus bekerja maka
Cinta bukan hanya sekedar kata-kata manis atau rayuan gombal semata. Roh Kudus
membuat Cinta menjadi nyata dalam perbuatan yang aktif: memberi perhatian,
memberi dukungan, berkorban, tahan menderita. Tanpa Roh Kudus maka rasa cinta
dapat pudar atau hilang kapan saja. Ada uang abang di sayang, tidak ada uang
abang ditendang. Habis manis sepah dibuang. Itu keadaan – keadaan yang tidak
ada Roh Kudus. Kalau Roh Kudus bekerja pasti selalu ada keajaiban dan kekuatan
dalam cinta
Ada sebuah kisah nyata dari Jepang. Ketika
sebuah rumah sedang direnovasi. Seorang pekerja meruntuhkan 1 sisi tembok. Rumah
di Jepang biasanya memiliki ruang kosong diantara tembok yang terbuat dari kayu.
Ketika tembok mulai runtuh, pekerja ini menemukan seekor cicak terperangkap di antara
ruang kosong itu dan kaki cicak tersebut melekat pada sebuah surat. Ketika
dicek ternyata surat yang melekat di kaki cicak sudah ada disitu 10 tahun lalu
ketika rumah itu pertama kali dibangun. Si bapak pekerja ini heran. Bagaimana bisa
cicak itu bertahan dengan kondisi terperangkap selama 10 tahun? Dalam keadaan
gelap selama 10 tahun, tanpa bergerak sedikitpun dan cicak itu masih hidup, itu
sesuatu yang ajaib.
Karena penasaran, orang itu menghentikan
pekerjaannya dan memperhatikan cicak itu, apa yang dilakukan cicak itu dan apa
yang dimakannya hingga dapat bertahan hidup. Dia terus mengamati dalam diam.
Kemudian ada seekor cicak lain muncul dengan makanan di mulutnya dan memberi
makan cicak yang terperangkap itu. Orang itu merasa terharu melihat hal itu.
Ternyata ada seekor cicak lain yang selalu memperhatikan cicak yang
terperangkap itu selama 10 tahun. Jawaban atas keajaiban itu adalah karena cinta. Cicak itu tidak pernah menyerah dan tidak
pernah berhenti memperhatikan pasangannya selama 10 tahun. Cicak yang hewan
saja bisa bersikap seperti itu, apalagi kita manusia. Kalau Roh Kudus bekerja
selalu ada keajaiban di dalam Cinta, sehingga kita dapat tetap tersenyum
meskipun sesak. Selalu setia walaupun terluka. Adakalanya ribut tapi akan tetap
rukun. Memiliki pengertian sedalam samudra, memiliki jiwa yang besar untuk
memaafkan, pengharapan yang kuat disaat krisis.
Dan cinta itu akan terus bergelora sampai maut memisahkan.
Kiranya Roh Kudus yang telah tercurah itu terus
menyala dalam hati kita sehingga kita mengalami keajaiban kuasa dan cinta
Tuhan. Selamat menempuh hidup baru dalam perjalanan rumah tangga bersama Tuhan,
selamat menerima sakramen pembaptisan kudus dan bertumbuh dengan setia di dalam
Tuhan. Tuhan memberkati.
Belum ada Komentar untuk "PENTAKOSTA I DAN PEMBERKATAN NIKAH (Kisah Para Rasul 2:1-13)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.