MENGASIHI SESAMA (Imamat 19:9-16)
Kita sedang berada dalam era
persaingan. Kita juga terlibat dalam persaingan itu. Kita bersaing untuk
menjadi yang terbaik, yang terdepan, yang terhebat atau yang teratas dalam
berbagai aspek kehidupan. Tetangga dengan tetangga bersaing dalam pemenuhan kebutuhan
hidup. Siswa dan mahasiswa bersaing untuk lulus dengan hasil terbaik. Para
pencari kerja bersaing untuk mendapat kerja. Para pegawai bersaing untuk
memperoleh jabatan yang lebih tinggi. Tetapi ibarat pertandingan, ada yang
menang dan ada yang kalah maka dalam persaingan hidup itupun, tidak semua kita
menjadi yang nomor satu, yang teratas, yang tertinggi.
Bagi kebanyakan orang, persaingan
hidup seperti itu adalah hal yang wajar, kalah atau menang itu biasa. Tetapi
kita sering melupakan hal yang penting yaitu bagaimana sikap kita terhadap sesama
dalam persaingan? Apakah sesama semata – mata adalah lawan sehingga kita
menjadi bangga mengalahkan mereka ?
Imamat 19:9-16 menegaskan tentang hal
penting dalam hubungan dengan sesama bahwa kita harus mengasihi sesama seperti
diri kita sendiri. Hal mengasihi sesama bukanlah hal yang asing bagi kita. Itu
adalah perintah utama bagi kita sebagaimana dalam Matius 22:37-40. Tetapi
bagaimana mengasihi sesama dan siapa sesama kita? Terkadang ini menjadi hal
yang sulit dijabarkan. Seorang ahli Tauratpun mempertanyakan hal itu kepada
Yesus sehingga Yesus memberikan Jawaban dalam Kisah tentang Orang Samaria yang
murah hati (Lukas 10:25-37)
Mengasihi sesama dalam Imamat 19:9-16
bermakna tidak mengancam hidup orang
lain. Terhadap orang miskin dan asing, ladang tidak boleh disabit habis –
habisan supaya merekapun bisa memperoleh makanan. Tidak boleh ada praktek
pemerasan dan tidak boleh menahan upah pekerja. Terhadap orang – orang yang
lemah secara hukum: keadilan harus ditegakkan dengan kebenaran. Terhadap
saudara sebangsa tidak boleh membenci di dalam hati. Jadi menurut Imamat
19:9-16, pada dasarnya dalam hubungan dengan sesama; hal mengasihi itu kita wujudkan
dengan cara tidak mengancam hidup orang lain melainkan masih memberi ruang agar
orang lain dapat hidup dan menghidupi dirinya, terutama orang – orang yang
lemah dari segi ekonomi, status sosial dan lain – lain.
Bagian Alkitab ini menunjukan bahwa
aspek – aspek ritual tidak terpisahkan dari aspek – aspek sosial. Kehidupan
iman dan agama harus tampak dalam kehidupan bersama sesama. Sesama bukan hanya
yang sebangsa atau sesuku dengan kita. Orang Israel diminta mengasihi sesama
yang juga meliputi orang – orang asing yang tinggal di tengah – tengah umat
Allah. Orang – orang yang hidup bersama dengan kita.
Bagian Alkitab ini mengingatkan kita
agar persaingan kita dalam berbagai aspek kehidupan itu adalah persaingan yang
sehat. Janganlah kita menjadi serigala bagi sesama kita dengan sikap kita atau
kebijakan kita. Marilah kita bersikap sportif dalam persaingan ini. Kalah
menang memang biasa karena itu tidak saling mencela. Yang kuat ada untuk
menopang yang lemah. Dan marilah kita hidup untuk saling menghidupi satu dengan
yang lain. Tuhan memberkati
Belum ada Komentar untuk "MENGASIHI SESAMA (Imamat 19:9-16)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.