BERSYUKUR DALAM DUKACITA (Kisah Para Rasul 16:19-34)
Kisah dalam pembacaan kita: Kisah Para
Rasul 16:19-34 adalah sebuah kisah yang luar biasa. Dalam kisah ini kita
berjumpa dengan dua orang pahlawan iman yaitu Paulus dan Silas. Mereka adalah orang –
orang yang rela menerima resiko mengalami penderitaan demi Injil. Ketika berada
di Filipi, oleh karya Roh Kudus, Paulus dan Silas membebaskan seorang hamba
perempuan yang mempunyai Roh Tenun. (Kisah Para Rasul 16). Ternyata tuan – tuan
hamba perempuan itu tidak senang karena penghasilan mereka lenyap. Tuan – tuan itu
kemudian memfitnah Paulus dan Silas sehingga Paulus dan Silas mendapat
perlawanan dari para pembesar dan orang – orang Filipi.
Paulus dan Silas dianiaya meski tidak
bersalah. Pakaian mereka dikoyakan. Mereka berkali – kali didera lalu dimasukan
ke dalam penjara. Kepala penjara bahkan memerintahkan untuk memasukkan keduanya
dalam penjara yang paling tengah dan
kaki mereka dibelenggu dalam pasungan yang kuat. Kita dapat membayangkan
keadaan Paulus dan Silas, mereka mengalami suatu keadaan yang sama sekali tidak
menyenangkan. Tetapi bagaimana reaksi Paulus dan Silas?
Dalam ayat 25 dikatakan : “Tetapi kira – kira tengah malam Paulus dan
Silas berdoa dan menyanyikan puji – pujian kepada Allah dan orang – orang hukuman
lain mendengarkan mereka”. Apa yang dilakukan Paulus dan Silas ini adalah
contoh atau teladan bagi kita bagaimana menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan:
pergumulan, penderitaan termasuk dukacita yang masih dirasakan oleh keluarga
dan kita semua. Jika ada orang yang mengalami keadaan seperti Paulus dan Silas,
apalagi dipenjarakan tanpa kesalahan; orang biasanya tidak menerima keadaan itu
dengan mudah. Ada yang marah bahkan bersumpah untuk membalas dendam. Ada juga
yang mengeluh, merasa kasihan pada diri sendiri atau pasrah saja dengan keadaan.
Paulus dan Silas tidak demikian. Paulus dan
Silas tidak meraung – raung dengan emosional. Paulus dan Silas tidak berteriak
dengan marah tapi juga tidak pasrah begitu saja. Paulus dan Silas mempunyai
suatu cara yang luar biasa. Mereka bukan saja menanggung kesengsaraan yang
mereka alami dengan tekun tetapi mereka juga memanfaatkan kesengsaraan mereka
untuk bersaksi tentang Tuhan. Paulus dan Silas berdoa dan memuji Tuhan. Mereka
bersukacita. Mereka bersyukur dalam penderitaan.
Sukacita dan syukur Paulus dan Silas
menjadi permulaan dari suatu mujizat. Terjadi gempa bumi hingga sendi – sendi penjara
goyah dan terlepaslah belenggu mereka semua. Kepala penjara yang mengetahui hal
itu menjadi ketakutan dan hendak bunuh diri karena menyangka, orang – orang hukuman
itu telah melarikan diri. Paulus dan Silas tidak memakai kesempatan itu untuk
melarikan diri. Mereka tetap berada dalam penjara. Kepala penjara berlari masuk
dengan gemetar dan tersungkur di depan Paulus dan Silas.
Sikap Paulus dan Silas yang
bersukacita dan bersyukur dalam penderitaan ternyata menjadi sarana pemberitaan
Injil bagi kepada penjara dan seisi rumahnya. Keluarga itu dibaptiskan dan
mereka menjadi percaya kepada Yesus. Paulus dan Silas dibebaskan. Kepada
penjara dan seisi rumahnya diselamatkan. Roh Kudus bekerja secara luar biasa di
dalam kehidupan orang – orang percaya dan kehidupan setiap orang yang mau
percaya kepada Yesus.
Sesungguhnya Paulus dan Silas
mengikuti jejak Kristus. Salib dan kematian justru menjadi sarana untuk
menyelamatkan manusia. Kemenangan diperoleh melalui Salib. Kisah ini mengajak
saya dan saudara sekalian supaya kita sungguh – sungguh bersyukur dan
bersukacita meskipun sedang mengalami dukacita. Kita patut menyadari bahwa
mengucap syukur dalam dukacita bukan sekedar sebuah kebiasaan saja tetapi ini
menjadi suatu sarana pemberitaan Injil bagi semua orang. Orang lain tidak hanya
melihat kita menangis dan bersedih tapi mereka juga melihat iman kita dalam dukacita
ini sebab kita bersyukur dan memuji – muji Tuhan.
Peristiwa dukacita ini adalah sarana kesaksian
tentang kuasa Tuhan. Meskipun kita mengasihi almarhum dan meskipun hati kita
pedih tetapi kita merelakannya kepada Tuhan yang empunya kehidupan dan
kematian. Ketika kita sungguh – sungguh bersyukur meskipun mengalami keadaan tidak
menyenangkan. Ketika kita memuji – muji Tuhan meskipun terhimpit maka kita akan
mengalami mujizat seperti yang dialami Paulus dan Silas. Mazmur 30:11 katakan :
“Aku yang meratap telah Kau ubah menjadi
orang yang menari – nari, kain kabungku telah Kau buka, pinggangku Kau ikat
dengan sukacita.” Tuhan menyatakan mujizatNya bagi setiap orang yang
percaya. Tuhan menggenapkan rencanaNya yang indah bagi setiap orang yang berserah
kepadaNya. Tuhan memberi penghiburan dan kekuatan bagi yang bersyukur
senantiasa. Tuhan memberkati.
Terimakasih untuk renungan yang menguatkan ini......🙏🏻
BalasHapusSama - sama ,,, terima kasih juga sudah mengunjungi blog DEAR PELANGI,,, Tuhan memberkati
Hapus