RENUNGAN MINGGU JUDIKA (Yohanes 13:1-20)
Pembasuhan kaki di
Israel biasanya dilakukan oleh hamba atau yang dianggap lebih rendah dan muda
atau oleh pihak tuan rumah. Pembasuhan kaki merupakan simbol dari keramah
tamahan: suatu sikap penerimaan/ pelayanan terhadap tamu. Jikalau seorang
musafir yang melakukan perjalanan jauh menumpang atau bertamu di rumah
seseorang maka pihak tuan rumah akan melayani tamu mereka dengan membasuh kaki
tamu-tamu tersebut.
Yesus bangun dan meninggalkan perjamuan (meja perjamuan) kemudian menanggalkan jubahnya. Yesus melepaskan “ke-guru-anNya” dan mengambil peran sebagai hamba bagi murid-muridNya sendiri. Ia mengambil kain lenan untuk membasuh kaki dan mengikatkannya pada pinggangNya. Tindakan melepaskan jubah dan mengikatkan kain di pinggang dalam tradisi Yahudi menunjukan sikap merendahkan hati yang luar biasa. Yesus memberi teladan kepada murid-muridNya adalah Ia merendahkan diri dan menjadi pelayan bagi murid-muridNya.
Setelah itu
Yesus mengambil air di sebuah wadah sebagai air pembasuhan lalu Ia mulai
membasuh kaki murid-muridNya. Pembasuhan kaki dari orang yang lebih tinggi yakni
seorang Guru terhadap muridnya adalah tindakan yang tidak lazim. Hati para murid sebenarnya gelisah karena
tindakan Yesus sangat tidak wajar. Pada ayat. 6, Petrus bertanya : Tuhan,
Engkau hendak membasuh kakiku? Pertanyaan Petrus mengandung pertanyaan yang
implisit, yakni “mengapa Engkau yang adalah Tuhan membasuh kaki kami?” Yesus
mengatakan bahwa mereka tidak akan mengerti apa maksud semuanya ini sekarang
tetapi nanti mereka akan mengerti. Jawaban Yesus ini memberikan makna bahwa
pembasuhan kaki ini mengandung suatu makna yang lebih dalam dari sekedar
melayani dan merendahkan diri. Tindakan Yesus tersebut merupakan suatu simbol
yang menunjuk pada sesuatu yang belum bisa dimengerti oleh murid-murid sekarang
ini.
Pembasuhan kaki yang dilakukan oleh Yesus mengandung beberapa makna:
Pembasuhan kaki yang dilakukan oleh Yesus mengandung beberapa makna:
Pembasuhan kaki oelh
Yesus mengandung arti penyucian. Murid-murid Yesus bukanlah manusia yang
sempurna, mereka adalah manusia berdosa yang mempunyai banyak kelemahan. Oleh
karena itu mereka harus terus menerus membersihkan diri dan meninggalkan dosa
mereka, diperbaharui hari lepas lari sehingga menjadi semakin serupa dengan
Kristus.
Pembasuhan kaki oleh Yesus mengandung janji. Yesus memberi janji bahwa mereka yang dibasuh kakinya oleh Yesus akan mendapatkan bagian dari apa yang Yesus miliki di rumah Bapa (14:3) dan suatu saat nanti mereka akan berada di mana Yesus berada (17:23).
Pembasuhan kaki oleh Yesus memberi teladan saling melayani dan merendahkan diri satu dengan yang lain. Yesus adalah Guru (didakalos) dan Tuhan (kurios). Seorang guru seharusnya dihormati oleh murid-muridNya dan yang melayani pembasuhan kaki juga adalah murid-murid. Kurios dalam bahasa Yunani bisa berarti “Tuhan” atau “tuan.” Seorang tuan juga haruslah dihormati oleh hamba-hambanya dan adalah hal yang tidak wajar jika seorang tuan membasuh kaki hamba atau budaknya. Namun Yesus yang adalah keduanya (Guru dan Tuhan) atas mereka semua mau merendahkan diri dan melayani dengan membasuh kaki mereka, termasuk si pengkhianat, maka murid-murid itu wajib melakukan hal yang sama satu dengan yang lain.
Pembasuhan kaki adalah pelajaran bagi murid-murid. Kata yang diterjemahkan LAI “wajib” berasal dari kata “opheilo” yang mengandung arti “berhutang.” Yesus mengajarkan dan menegaskan kepada para murid untuk melakukan hal ini karena mereka berhutang. Murid-murid wajib melakukan hal itu, tidak boleh tidak, karena hal itu adalah hutang satu dengan yang lain dan mereka tidak mempunyai alasan untuk tidak melakukannya karena Yesus sendiri telah memberikan contoh kepada mereka.
Kita sedang merenungkan derita dan
sengsara Tuhan memasuki Minggu sengsara ke 6. Minggu sengsara ke – 6 disebut
minggu Judika. Istilah
Judika dikutip dari Mazmur 43:1 yaitu “Berilah keadilan”. Arti Judika ini
sebenarnya dari bahasa latin yaitu: Judicum. Bahasa ini adalah bahasa Hukum
yaitu masalah keadilan. Tetapi istilah ini berhubungan dengan tentang
penderitaan Tuhan Jesus. Oleh sebab itu minggu ini membawa kita kepada keadilan
dari Allah. Dimana keadilan dan bagaimanakah Allah memberi keadilan kepada kita
? Allah memberi keadilan kepada kita dengan atau melalui penderitaan Tuhan
Jesus. Lain dengan keadilan di Pengadilan di Dunia ini. Kalau orang yang
melanggar Hukum harus dihukum, dan kemudian di Penjarakan.
Keadilan Tuhan Allah tidak seperti dunia ini. Walaupun kesalahan kita
sudah berat, dosa kita tidak dibebankan kepada kita, melainkan dibebankanNya
kepada Penderitaan Tuhan Jesus. Yesus mencontohkannya melalui peristiwa pembasuhan
kaki bagi para muridNya. Suatu perbuatan yang tidak lazim. Sangat tidak adil
para murid menerima perlakuan terhormat itu. Tapi begitulah keadilan Allah yang
tidak sama dengan keadilan dunia. Dalam kasihNya Tuhan Allah memberikan
keadilan kepada kita. Keadilan Allah telah menyelamatkan kita.
Dia yang telah dihianati oleh manusia, tetap mengasihi kita dengan tidak
memperhitungkan dosa dan pelanggaran kita. Ia datang bukan untuk menghakimi,
tetapi untuk menyelamatkan. Dalam diri Yesus sangat nyata Firman yang berkata
:”…sebab kasih itu menutupi banyak sekali dosa” (1 Pet.4:8). Tuhan memberkati
Belum ada Komentar untuk "RENUNGAN MINGGU JUDIKA (Yohanes 13:1-20)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.