MINGGU PALMA PENEGUHAN SIDI (Markus 11:1-11)
Dikalangan anak muda, ada satu
istilah yang cukup terkenal yaitu PHP. PHP kepanjangannya Pemberi Harapan
Palsu. Setiap orang tentu merasa ditipu, kecewa bahkan marah kalau menerima
yang palsu-palsu entah cinta palsu, harapan palsu, janji palsu atau barang
palsu. Sudah membayar mahal ternyata jam tangan yang kita beli mereknya tertulis
Roleks merek jam terkenal, tapi itu palsu.
Sudah mati-matian mencintai dengan sepenuh jiwa ternyata orang yang kita
cintai kelihatannya saja seperti mencintai padahal hanya PHP.
Cinta Tuhan kepada manusia bukanlah
cinta Palsu. Janji untuk menyelamatkan manusia digenapi dalam Kristus yang
menderita sengsara dan mati untuk kita. Tuhan tidak memberi harapan Palsu untuk
kita. Karena begitu besar cinta Tuhan maka Tuhan memberi diriNya sendiri untuk mati bagi kita. Tidak ada cinta
seperti CintaNya Tuhan kepada Kita. Karena itu kita tidak boleh memberi janji
palsu atau cinta palsu atau iman palsu untuk Yesus.
Dalam pembacaan kita saat ini, orang
– orang Yerusalem menyambut Yesus. Mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi
menyongsong Yesus sambil berseru-seru: ”Hosana! Terpujilah Dia yang datang
dalam nama Tuhan” (Mrk. 11:9). Hosana dlm bahasa Ibrani berarti “berilah keselamatan”. Orang Yahudi berharap Sang Guru dari Nazaret memiliki
kemampuan adikodrati untuk sungguh-sungguh memberikan keselamatan bagi mereka.
Mereka menginginkan Yesus melepaskan mereka dari belenggu Romawi.
Apakah harapan orang banyak terhadap Yesus terpenuhi? Orang banyak itu mengharapkan keselamatan. Keselamatan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti perihal (keadaan) selamat; kesejahteraan; kebahagiaan. Selamat, slamet, salam, semua berakar dari Syalom. Dan itulah sesungguhnya yang ditawarkan Yesus dalam perjalanan ke Yerusalem. Yesus menawarkan keselamatan. Yesus sanggup memberikan keselamatan karena Dia merupakan Sumber Keselamatan itu sendiri. Yesus adalah Juruselamat! Keselamatan itu terjadi ketika Yesus taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Kristus memasuki Yerusalem dengan menunggang
seekor keledai dan wajah-Nya tertuju pada salib. Tetapi menarik untuk disimak
bahwa Sang Mesias, yang sungguh lama dinantikan itu tidak menggunakan kuda,
melainkan keledai. Pada masa itu di Palestina, keledai bukanlah hewan yang
dianggap hina, melainkan terhormat. Bila raja pergi berperang, ia akan
mengendarai kuda. Jika raja datang dengan maksud damai, ia akan mengendarai
keledai. Yesus masuk ke Yerusalem bukan untuk melakukan perlawanan secara
politis, melainkan untuk menyerahkan diri-Nya. Yesus datang bukan untuk
berperang, melainkan untuk membawa damai. Bukan wajah garang dan haus darah,
tetapi dengan wajah lemah lembutlah yang
ditampilkan-Nya dengan kerelaan mengorbankan darah dan nyawaNya sendiri. Yesus
datang dalam damai dan demi kedamaian. Dan keledai merupakan simbol perdamaian.
Keledai walapun tak segagah kuda,
lamban, dan terkesan bodoh tapi dihargai Sang Guru dari Nazaret. Bahkan, kepada
para murid yang diutus untuk menjemput keledai tersebut, Yesus berpesan: ”Tuhan
memerlukannya.” Tuhan memerlukannya! Yesus, Allah yang menjadi Manusia tak
sungkan untuk mengakui bahwa Dia membutuhkan pertolongan keledai muda itu.
Yesus sungguh-sungguh membutuhkan keterlibatan keledai dalam menggenapi
misi-Nya: menjadi pendamai antara Allah dan manusia. Keledai muda itu secara
tidak langsung menjadi rekan sekerja Yesus dalam menuntaskan misi-Nya: menjadi
Juruselamat dunia. Keledai muda itu menjadi rekan sekerja Yesus dan simbol
perdamaian.
Kita akan memasuki Minggu Sengsara
yang terakhir yaitu Minggu sengsara ke VII yang disebut Minggu Palma. Pada
minggu Palma juga berlangsung peneguhan Anggota Sidi Jemaat yang baru. Mari
kita belajar dari bacaan Alkitab dalam: Markus 11:1-11.
1.
Janji
yang kita ucapkan dengan disaksikan oleh jemaat menjadi janji kita kepada
Tuhan. Kita belajar bukan sekedar berani mengucapkan janji itu, tetapi juga setia
pada pengakuan dan janji itu. Jangan menjadi orang – orang Kristen PHP dalam
pengakuan dan janji kepada Tuhan.
2.
Orang
– orang di Yerusalem mengelu – elukan Yesus dengan berseru : “Hosana!
Terpujilah Dia yang datang dalam nama Tuhan” namun mereka jugalah yang kemudian
berteriak : “Salibkan Dia! Salibkan Dia dan bebaskan Barabas bagi kami.”
Manusia memang mudah berubah. Hari ini berjanji setia besok malah mengkhianati.
Lain di bibir dan lain di hati. Tapi bagi pengikut Kristus yang sejati, janji
Setia untuk menyangkal diri dan memikul Salib adalah harga mati yang di bawa sampai
mati.
3.
Pengakuan
dan janji yang diucapkan Anggota Sidi Jemaat di hadapan Tuhan dan jemaatNya
kiranya bukan pengakuan dan janji yang manis di bibir saja. Pengakuan dan janji
kita menuntut komitmen untuk setia dan taat. Di hadapan manusia kita bisa
bersandiwara dan bersikap PHP tapi tidak dihadapan Tuhan. Sebagaimana Kristus
setia menggenapi janjiNya meskipun Salib adalah resikonya maka marilah kitapun
setia pada pengakuan dan janji kita masing – masing ketika diteguhkan sebagai
Anggota Sidi Jemaat. Jika Tuhan memerlukan keledai untuk dalam misiNya bagi
dunia, sesungguhnya Iapun memerlukan kita sebagai kawan sekerja di ladangNya,
sebagai alat di tanganNya. Tuhan memberkati.
trimakasih untuk khtobahnya,,sangat memberkati
BalasHapusSama - sama ... Tuhan memberkati
Hapus