KHOTBAH JUMAT AGUNG (LUKAS 23:44-49)
Hari ini, mata dan hati kita tertuju
kepada Yesus Tuhan kita, yang mencapai puncak penderitaan-Nya dan mati di kayu
salib. Kita mengingat dan merenungkan lagi
kisah Via Dolorosa. Kisah
Getsemani sampai Golgota, kisah yang keji, yang penuh derita dan sengsara. Tapi Gereja menyebut kisah Via
Dolorosa dan kematian Kristus dengan istilah “Jumat Agung” bukan “Jumat
Suram,” “Jumat Berduka,” “Jumat Sedih,” “Jumat Berkabung”
Lukas
mencatat bagi kita bahwa ada beberapa hal yang terjadi pada Peristiwa Kematian
Yesus yang membuat Jumat yang satu itu lain dari hari Jumat yang biasanya.
1.
Kegelapan
meliputi seluruh daerah itu selama tiga jam.
2.
Tabir
Bait Suci terbelah dua.
3.
Yesus
menyerahkan nyawaNya.
4.
Kepala
pasukan penyaliban memuliakan Allah di depan umum.
5.
Orang
banyak pulang sambil memukul – mukul diri sementara orang-orang terdekat Yesus
hanya menyaksikan dari jauh peristiwa kematian Yesus itu.
Pertama
: ada kegelapan meliputi seluruh daerah itu dari jam dua belas sampai jam tiga.
Disiang bolong bumi justru menjadi gelap. Kegelapan pada Jumat Agung bukan
fenomena alam yang biasa. Kegelapan dahsyat selama 3 jam itu sama dengan
kegelapan sebelum Allah menciptakan terang pada kisah Penciptaan Kejadian pasal
1. Lukas hendak menegaskan bahwa dunia kembali kepada keadaannya semula,
keadaan tanpa Allah. Memang 12 jam terakhir dari kisah hidup Yesus sudah lebih
dahulu memperlihatkan bahwa hati manusia menjadi gelap. Mereka bukan hanya
memutarbalikkan kebenaran. Tetapi berusaha membunuh kebenaran.
Gelap
gulita di Golgota pada Jumat yang Agung
menunjukkan bahwa dunia dan manusia telah melangkah jauh dalam hal kebenaran dan kasih.
Ia hanya berlangsung sekejap. Hanya tiga jam. Memang cukup lama, tetapi tidak
selamanya. Kegelapan pasti akan berlalu. Kejahatan tidak punya masa depan. Pada
hari paskah nanti, hari kebangkitan Yesus, ia akan benar-benar pergi dan takluk
pada sang terang dunia. Ini juga pelajaran penting bagi kita. Kejahatan memang
ganas tetapi seganas apa pun kejahatan itu, ia tidak punya masa depan. Tapi nanti,
waktu sang hakim yang agung itu datang semua kejahatan akan tersingkap.
2.
Dalam Kitab Matius dan Lukas dikisahkan bahwa bukan hanya matahari yang menjadi
gelap. Tetapi ada juga gempa bumi yang dahsyat. Bumi gemetar ketakutan waktu
menyaksikan sumber hidup mati dan Tabir bait Suci terbelah dunia, apa yang
memisahkan Tuhan dan manusia dikoyakkan oleh Tuhan. Semua orang dari segala
bangsa dapat mengalami berkat keselamatan dari Tuhan. Kematian Kristus membawa
perubahan dan pembaruan dalam sejarah manusia.
3.
Yesus wafat di atas kayu salib bukan karena keberhasilan Iblis yang mencabut
nyawa-Nya. Yesus wafat di atas kayu salib juga bukan karena Dia tidak memiliki
pilihan lain untuk membayar hutang-hutang dosa manusia. Yesus wafat di atas
kayu salib juga bukan karena hasil rekayasa dan keberhasilan skeenario para
pemimpin agama Yahudi. Yesus wafat juga bukan karena Dia kehilangan banyak
darah dan tidak tahan menanggung penderitaan. Tetapi Yesus wafat di atas kayu
salib karena Dia dengan kasih-Nya yang berinisiatif dan rela memberikan
nyawa-Nya. Yesus memberikan nyawanya melunasi seluruh hutang dosa kita. Karena
itu kematian Yesus di atas kayu salib merupakan karya pendamaian sebab Ia
menggantikan hukuman dan kutukan Allah atas dosa manusia.
4.
Seorang non Yahudi, kepala pasukan penyaliban mengucapkan pengakuannya di
hadapan umum: "Sungguh, orang ini adalah orang benar. Tidak ada dosa yang
begitu berat sehingga menghalang-halangi kuasa Allah atas hidup kita. Tidak.
Kepala pasukan penyaliban digerakkan hatinya oleh Allah untuk mengenal kasih
dan kebenaran. Dengan mengakui bahwa Yesus adalah orang benar di depan umum, ia
mengaku diri sebagai yang melakukan satu tindakan yang salah dan keliru. Si
kepala pasukan penyaliban tidak berusaha membela diri, ia mengakui kekeliruannya
dengan terbuka dan jujur.
Jika kita mengerti apa artinya
ditusuk, dicambuk hingga robek, dipukul hingga tidak berbentuk dan semua itu
demi keselamatan kita tentulah kita tidak akan meremehkan pengorbanan Yesus
dengan perbuatan dosa lagi. Pengorbanan Yesus mesti membawa kita pada
pertobatan sejati. Pertobatan sejati bukan sebatas menangis mengakui “aku sudah
berbuat dosa ini dan itu” Pertobatan Sejati dimulai dengan Pengakuan yang
sejalan dengan komitmen hati. Membiarkan/membuka hati menerima Yesus sebagai
juruselamat.
Ada orang-orang yang mau menjadikan
Yesus sebagai juruselamat tapi tidak mengijinkan Yesus menjadi Tuhan atas
hidupnya. Ada orang – orang yang menyebut diri percaya kepada Yesus
tetapi masih memberi diri pada kuasa kegelapan. Yesus hanya berada diluar. Yesus
tidak diijinkan menjadi Tuhan yang mengatur hidupnya atau mengatur tingkah
lakunya. Yesus adalah Tuhan yang menang atas kuasa maut, karena itu kemenangan
juga menjadi milik kita, Oleh karena itu kita patut hidup selayaknya orang yang
menang, tidak lagi membiarkan kuasa manapun memperngaruhi hidup kita.
Pada
Jumat yang Agung telah terjadi kematian kudus, di mana darah kudus tertumpah
untuk menyucikan manusia yang berdosa. Karena itu, penyebutan Jumat Agung amat
sangat tepat untuk melukiskan karya agung Yesus Tuhan. Amin
Terima Kasih... sangat memberkati buat kami... Jbu
BalasHapusAmin ... Sama - sama!
HapusTrima kasih sudah mengunjungi Blog DEAR PELANGI...
Jbu too 😇