SALIB BERAT DI MINGGU SENGSARA (Yohanes 9:1-41)
Saat
jemari mengetik huruf demi huruf untuk postingan kali ini, hujan lebat masih
mengguyur Jayapura dan sekitarnya. Guntur membahana di langit dan kilat memecah
kegelapan malam. Bunyi sirene Ambulance masih terus terdengar bolak balik menyusuri
kota. Rasanya berat untuk menulis sesuatu tentang ini. Melihat di Media saja
sudah membuat hati teriris apalagi melihat secara langsung. Mendengar cerita
saja sudah membuat hati berkecamuk apalagi yang mengalami dan menjadi korban.
Kehilangan harta. Kehilangan nyawa. Kehilangan keindahan alam. Semuanya luluh
lantak. Semua yang pernah mengalami bencana pasti sangat paham ketika hal yang
sama dialami oleh orang lain.
Bencana.
Tak pernah disangka. Sama sekali tidak dikehendaki. Membuat hati tersentak.
Meninggalkan trauma dan duka yang mendalam. Bencana bertubi – tubi. Duka silih
berganti. Belum selesai menarik nafas lega ketika yang satu terselesaikan. Yang
lain sudah menghantam. Mengapa? Salah siapa? Berbagai pertanyaan yang
jawabannya selalu dibahas panjang lebar termasuk untuk bumi Papua, Sentani, Nduga, dll.
Berbagai
komentar dan teori bermunculan. Berbagai nasihat dan peringatan diulang. Tapi tak
ada yang bisa mengubah apa yang sudah terjadi. Semua harus dihadapi. Salib di
minggu sengsara tak hanya sekedar perenungan panjang tanpa titik. Tak cukup
menjadi perenungan untuk akal saja atau untuk rasa tapi juga untuk hati nurani,untuk
hidup, untuk perbuatan, untuk kebijakan, untuk keberpihakan, untuk kemanusiaan,
untuk masa depan.
Setiap musibah ada hikmahnya. Setiap
peristiwa dapat menjadi sarana agar pekerjaan – pekerjaan Allah dinyatakan.
Seperti yang dialami oleh si buta sejak lahirnya dalam Yohanes 9:1-41. Ketika
para murid bertanya tentang penyebab penyakit si buta : apakah karena dosanya
atau dosa orang tuanya? Yesus meminta
murid-murid-Nya meninggalkan spekulasi sia-sia menuju tindakan.
Yesus bertindak bukan sekedar merasa iba, bukan mencari kambing hitam tapi melakukan tindakan
penyelamatan. Tindakan yang menyatakan kuasa, kasih dan kemuliaanNya. Yesus
tidak sekedar berbicara saja tetapi benar – benar bertindak. Ia mengaduk
ludahNya dengan tanah dan mengoleskannya pada si buta.
Yesus mengingatkan bahwa saat untuk
bekerja terlalu singkat, selama masih siang. Yesus menghubungkan para murid
dengan diri-Nya sendiri. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan diri-Nya dan juga
pekerjaan mereka. Kolam Siloam menjadi
tempat si buta membasuh dirinya lalu matanya melek. Siloam artinya diutus.
Siloam menjadi simbol yang menegaskan pengutusan kita ditengah berbagai
peristiwa yang terjadi. Sebagaimana Yesus diutus maka kitapun diutus.
Di posisi mana mata kita melihat. Mata
orang yang buta yang akhirnya bisa melihat dan mengenal Yesus Kristus setelah
dia sembuh. Atau mata para murid yang hanya bisa membicarakan dan mendiskusikan
keadaan orang itu tanpa berusaha menolongnya. Atau mata para pemimpin
agama yang sudah melihat mujizat itu tetapi mereka tidak bisa melihat Tuhan di
dalam kebutaan dan kemunafikan mereka. Atau mata Yesus yang bertindak menjawab
kebutuhan si buta. Di posisi mana mata kita melihat menjadi cermin sikap kita
merespons pengutusan Tuhan.
Bencana, penderitaan, kesengsaraan, kehilangan,
merupakan kesempatan untuk mengalami pekerjaan-pekerjaan Tuhan. Itulah jalan
salib yang ditempuh Yesus. Salib itu memang berat tapi Yesus memilih jalan Salib
untuk menyatakan pekerjaan-pekerjaan Allah. Sebuah syair lagu dari Ebiet G.Ade : Untuk Kita Renungkan
……
*Kita mesti tabah
menjalani
Hanya cambuk kecil agar kita sadar
Hanya cambuk kecil agar kita sadar
Adalah Dia di atas
segalanya*
Terima kasih untuk semua yang
meresponi peristiwa bencana ini untuk menyatakan pekerjaan – pekerjaan Allah. Yang
bekerja di posko – posko bencana dan tempat pengungsian, yang terlibat langsung
untuk berbagai proses baik di tempat bencana, di rumah sakit, yang menopang
dengan memberi berbagai bantuan bahkan yang mendoakan.
Salib ini memang sangat berat. Salib …
untuk menunjukan bahwa Papua adalah surga kecil yang jatuh ke bumi. Tuhan memberkati.
Belum ada Komentar untuk "SALIB BERAT DI MINGGU SENGSARA (Yohanes 9:1-41)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.