MENGAMBIL KEPUTUSAN IMAN DI TENGAH PERGUMULAN HIDUP (Lukas 22:47-53)
Hidup adalah tentang pilihan dan keputusan. Di antara banyak
pilihan, kita mesti mengambil keputusan.
Semakin berat pergumulan hidup maka semakin tidak mudah dalam
pengambilan keputusan. Memutuskan minum obat atau tidak, saat flu dan demam
yang biasa, itu mudah tapi memutuskan menjalani operasi ketika kanker sudah
mengancam, tentu sangat berat. Oleh karena itu, setiap orang percaya mesti
belajar mengambil keputusan yang tepat dan benar dalam hidup. Keputusan yang
tepat dan benar bukan keputusan berdasarkan pertimbangan akal tapi berdasarkan
iman. Tema bacaan kita hari ini dari Lukas 22:47-53 yaitu Mengambil Keputusan Iman Di Tengah Pergumulan Hidup.
Pembacaan
kita adalah tentang kisah penangkapan Yesus. Beberapa tokoh dalam kisah ini
memberi pelajaran bagi kita tentang bagaimana mengambil keputusan iman ditengah
pergumulan hidup, tantangan bahkan konflik antar sesama.
1.
Yudas Iskariot
Yudas datang bersama
pemimpin-pemimpin Yahudi untuk menangkap
Yesus. Yudas adalah murid Yesus yang bertugas sebagai pemegas kas (Yohanes
12:6; 13:29). Itu berarti Yudas adalah orang dekat (orang dalam), orang
kepercayaan dari Yesus. Namun Yudas justru
mengkhianati Yesus. Nama Yudas berarti Allah dipuji tetapi hidup Yudas dipenuhi
kepalsuan.
Sebelum perjamuan malam bersama Yesus dan para murid yang lain, Yudas
sudah memilih bersekongkol dengan pemimpin Yahudi. Yudas memutuskan menerima 30
keping perak dan berusaha mencari cara untuk
menyerahkan Yesus. Di Taman Getsemani itulah Yudas melaksanakan apa yang
menjadi pilihan dan keputusannya. Yudas mendekati Yesus untuk mencium Yesus. Yudas
memakai ciuman untuk menjadi tanda bahwa Yesuslah target yang diincar.
Ketika
Yudas mencium Yesus, mungkin para murid berpikir bahwa ciuman Yudas adalah
ekspresi kasih seorang murid kepada guruNya. Yudas bisa menipu para murid dengan
sandiwara cintanya tetapi ia tidak bisa menipu Yesus. Yesus tahu bahwa
ciuman Yudas tidak tulus. Yesus tahu kemunafikan dan kepura-puraan Yudas.
Ciuman Yudas bukan tanda kasih tetapi sebuah pengkhianatan.
Yesus
menegur Yudas : 'Hai
Yudas, dengan ciumankah engkau menyerahkan Anak Manusia?' (ayat 48). Yesus
menegus kepura-puraan Yudas. Teguran Yesus menunjukan bahwa keputusan yang diambil Yudas bukan keputusan
seorang murid Kristus yang sejati.
2.
Petrus
Dalam
situasi ketika Yesus dan para murid diperhadapkan dengan pasukan bersenjata yang
datang bersama Yudas, para murid bereaksi keras: “Tuhan mestikah kami menyerang mereka dengan pedang ?” Sebelum Yesus memberi jawaban, salah seorang
dari para murid langsung menunjukan aksinya.
Dalam
teks Lukas 22:47-53 ini tidak disebutkan siapa murid yang beraksi itu. Tetapi
dalam Yohanes 18:10 disebutkan bahwa murid itu adalah Simon Petrus. Petrus
mengambil keputusan memotong telinga dari hamba seorang imam besar yang benama Malkhus.
Petrus telah melakukan kesalahan dengan bertindak sebelum ada petunjuk. Karena itu Yesus menegur Petrus : “sudahlah itu” lalu Yesus menjamah
telinga hamba itu sehingga ia sembuh. Teguran Yesus menunjukan bahwa
keputusan yang diambil Petrus juga bukan keputusan seorang murid Kristus yang
sejati.
3.
Yesus
Ketika Yesus bergumul dalam doa
di Taman Getsemani, Yesus memilih melakukan kehendak Bapa. Yesus
memutuskan meminum Cawan derita. Yesus
bersedia menjalani jalan Salib. Di taman
Getsemani, Yesus menyerahkan diriNya untuk ditangkap supaya rencana Allah
digenapi. Di tengah konflik penangkapan itu, Yesus tetap menyatakan kasih dengan
menyembuhkan hamba dari Malkhus. Yesus tidak melawan kekerasan dengan kekerasan. Yesus
memilih jalan pendamaian dengan mengorbankan diriNya sendiri.
Hari ini, Firman Tuhan
mengoreksi kehidupan kita. Kita mempersalahkan Yudas tapi masih berlaku seperti
Yudas. Kita berulang kali menyalibkan Yesus dengan perbuatan dosa kita. Kita
menunjukan kekristenan yang pura-pura. Kita terlihat saleh padahal hati kita menyimpan niat jahat kepada orang lain. Hati kita masih diliputi
rasa irih, dendam dan ambisi menyingkirkan orang lain.
Kita tidak setuju dengan sikap
Petrus tapi kita masih saja bersikap
seperti Petrus. Kita bertindak menurut emosi pribadi. Seringkali tindakan - tindakan kita berdasarkan emosi pribadi membuat orang lain menjadi korban. Kita melakukan kekerasan
dan tidak menjadi pembawa damai. Mulut kita menjadi pedang yang menyakiti dan
menusuk sesama. Tangan kita menindas orang lain dan mengambil keuntungan bagi
diri kita sendiri.
Dalam penghayatan minggu –
minggu sengsara Yesus Kristus, kita diperhadapkan pada pilihan dan kita mesti
mengambil keputusan. Kehidupan seperti apa yang kita jalani? Apakah kita akan
menjalani hidup dengan berpura – pura seperti Yudas? Apakah kita memilih
berperang seperti Petrus? Ataukah kita
berserah kepada kehendak Tuhan meskipun mengalami penderitaan? Apa yang kita pilih : Ciuman, Pedang ataukah Cawan ?
Marilah kita mengikuti teladan
Kristus yang menderita. Tetaplah mengasihi meskipun mengalami hal yang tidak
menyenangkan. Tetaplah setia memikul salib meskipun hidup penuh pergumulan. Apapun
yang terjadi janganlah berpaling dari Yesus. Jadikan Yesus sebagai pilihan dan
keputusan hidupmu. Amin
_Ibadah Minggu Pagi, WarOpen, 1003'19_
Belum ada Komentar untuk "MENGAMBIL KEPUTUSAN IMAN DI TENGAH PERGUMULAN HIDUP (Lukas 22:47-53)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.