HIDUP DALAM HIKMAT ALLAH (I Korintus 1:18-2:5)
Ada dua macam hikmat. Hikmat manusia
dan hikmat Allah. Hikmat manusia mengandalkan otak. Segala sesuatu harus dapat
dimengerti dan masuk akal. Hikmat Allah tidaklah demikian. Hikmat Allah
mengandalkan iman. Percaya meskipun tidak melihat, tetap berharap walaupun
kenyataan yang dialami berbeda.
Ketika memberi nasihat tentang hikmat
Allah dan hikmat manusia, Rasul Paulus mengingatkan Jemaat di Korintus dalam I
Korintus 2:5 : “supaya iman kamu jangan
bergantung pada hikmat manusia tetapi pada kekuatan Allah”. Ini menjadi
pesan kunci tentang hikmat Allah yang harus menjadi pegangan iman Jemaat di
Korintus tetapi juga kita sebagai Jemaat Kristen di masa kini.
Di Korintus, kota pelabuhan yang
ramai itu, banyak sekali orang pintar dan orang yang dipandang berhikmat. Ada
kelompok orang – orang Yunani. Orang Yunani menyukai pengetahuan dan filsafat.
Para filsuf dunia yang terkenal berasal dari Yunani seperti : Plato,
Ariestoteles, Sokrates dan lain-lain. Orang – orang Yunani adalah para pemikir
hebat. Tetapi adakah pemikir hebat Yunani yang dapat mengerti tentang Salib dan
Injil Kristus ? Jawabnnya : Tidak ada. Orang Yunani tidak mengakui kebangkitan
Yesus.
Di Korintus juga ada kelompok orang –
orang Yahudi. Orang Yahudi sangat meninggikan Taurat. Mereka belajar segala
tradisi dan menghapal segala ketentuan
Taurat sampai titik komanya. Tetapi adakah Ahli Taurat Yahudi yang dapat
memahami Salib dan Injil Kristus? Jawabannya : Tidak ada. Orang Yahudi tidak
menerima bahwa seorang Mesias harus mati apalagi mati dengan cara tersalib. Bagi
orang Yahudi, Mesias adalah tokoh yang perkasa, hebat dan kuat yang mestinya
membebaskan mereka dari kekuasaan Romawi.
Melalui bagian Firman Tuhan ini,
Paulus menegaskan kepada Jemaat di Korintus
juga kepada kita sekalian bahwa Injil dan pekerjaan Allah tidak
tergantung manusia. Pekerjaan Allah juga tidak didasari pada hikmat manusia
atau pada kekuatan otak, atau kekuatan otot tetapi didasari oleh hikmat Allah. Paulus sendiri telah mengalami pengalaman iman
itu di dalam hidupnya. Ia, Paulus yang dididik oleh Gamaliel dan merasa
hidupnya telah sempurna. Tetapi Tuhan mengubah Paulus dan membentuknya kembali
menjadi pribadi yang memberi hidupnya untuk pekerjaan Allah. Tuhan memproses
Paulus menjadi pribadi yang menggantungkan hidupnya pada anugerah Allah.
Hidup beriman kita tidak tergantung
pada hikmat manusia, pada kuasa – kuasa nenek moyang bahkan pada kuasa modern:
uang, jabatan, kekayaan. Karena itu, marilah kita hidup dalam hikmat Allah. Marilah
kita menjalani hidup dengan bergantung pada kekuatan Allah. Jangan ada diantara
kita yang merasa sempurna dengan apa yang dimiliki di dunia ini. Semua yang ada
di dunia ini hanyalah sementara. Jangan ada di antara kita yang merasa kuat dan
hebat dengan prestasi dan karir yang dimiliki. Jangan ada di antara kita yang
karena apa yang dimiliki membuatnya lupa kepada Tuhan. Ingatlah bahwa kekuatan
dan kehebatan kita suatu ketika akan berakhir. Tetapi kekuatan Tuhan akan
memampukan kita bertarung di badai kehidupan kita masing – masing. Hikmat Tuhan
akan memproses kita untuk “memandang pada Salib Kristus” yang menyelamatkan
kita. Dengan hikmat dan kekuatan Tuhan kita beriman, kita bekerja, kita
berkarya, kita mengasihi dan kita menjadi berkat. Tuhan memberkati
_WarOpen, 1603’19_
Belum ada Komentar untuk "HIDUP DALAM HIKMAT ALLAH (I Korintus 1:18-2:5)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.