CINTA YANG RELA BERKORBAN (Yohanes 12:20-25)
Sebuah kata bijak dari Cina berbunyi :
Cinta yang utama yaitu tidak mementingkan diri sendiri, sebab cinta adalah
hidup bagi orang lain. Artinya bahwa pengorbanan diri selalu menjadi syarat
bagi cinta yang tulus dimana saja, kapan saja, dan pada siapa saja. Tanpa
pengorbanan maka ungkapan cinta tak bernilai apa-apa.
Dalam sebuah kisah nyata ada sepasang
suami isteri William dan Mary Tanner sedang berjalan melintasi rel kereta api.
Tiba-tiba kaki Mary, sang istri terpeleset dan terjepit di antara rel dan kayu
yang melintang. Dengan kalut ia berusaha membebaskan kakinya. Dan, saat itu
juga terdengarlah suara kereta api yang mendekat. Kereta api ekspres itu telah
sampai di tikungan. Dengan kecemasan yang sangat besar sang suami Will Tanner
membantu untuk menarik kaki Mary. Dengan putus asa ia berusaha keras
membebaskan kaki Mary. Kereta semakin mendekat. Semua orang yang melihat
kejadian itu berteriak supaya sang suami menyelamatkan dirinya. Namun saat itu
juga Will memeluk Mary dan berkata : “Aku akan bersamamu sayang”. Dalam
hitungan detik kemudian, suami isteri itu sama-sama terlindas kereta.
Ada kisah
Cinta yang jauh lebih luar biasa yaitu Cinta dari Yesus sang Juruselamat. Yesus
mengasihi kita dengan cinta yang dapat menyelamatkan kita (Yohanes 3:16). Kematian menerjang-Nya saat Dia disalib untuk menebus
segala dosa kita. Dia mendengar orang-orang berteriak meminta-Nya menyelamatkan
diri dan turun dari salib (Matius 27:40). Namun, untuk menyelamatkan manusia, Dia memilih untuk
tidak menyelamatkan diri-Nya sendiri (ayat 42).
Dengan kasih
Ilahi yang penuh pengorbanan, Yesus menolak menyelamatkan nyawa-Nya sendiri.
Yesus mati untuk memberikan pengampunan atas dosa-dosa kita. Juruselamat kita
tetap bertahan di kayu salib demi keselamatan umat manusia.
Tuhan
Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Anak Manusia yang diutus untuk menderita
sengsara dan mati bagi orang banyak. Yesus memakai ilustrasi satu biji gandum
yang harus mati supaya menghasilkan banyak buah. Ia mengumpamakan kematian-Nya
itu dengan kematian satu biji itu, supaya menghasilkan banyak kehidupan bagi
orang banyak (ayat 24).
Dampak kematian-Nya yang menghidupkan banyak orang akan digenapi saat Ia mengorbankan
diri-Nya di kayu salib. Pengorbanan-Nya itu bukan dilakukan demi kehendak Bapa
saja melainkan oleh kehendak Yesus sendiri (ayat 25).
Yesus adalah teladan utama bagi kita
semua dalam hal pengorbanan diri. Hal itu Ia nyatakan dengan mengorbankan diriNya
di kayu salib demi menebus dosa-dosa manusia. Jadi keselamatan kita adalah buah
dari pengorbanan-Nya. Pengorbanan adalah bukti cinta. Karena cintaNya bagi
manusia dan dunia sehingga Yesus telah mengorbankan diriNya sendiri.
Pengorbanan Yesus karena cintaNya tidaklah sia – sia. Karena cinta Yesus
menghidupkan kita dan pengorbanan Yesus membuat kita beroleh keselamatan.
Seringkali kita masih merasa enggan
untuk berkorban orang lain karena kita takut kehilangan sesuatu. Kita memperhitungkan
untung rugi yang kita peroleh untuk pengorbanan : tenaga, waktu, uang,
kesempatan, materi, kehormatan, status, jabatan, dan lain-lainnya. Injil
Yohanes ini mengingatkan bahwa nilai pengorbanan kita bagi kebaikan menunjukan
nilai kehidupan kita. Di dalam Tuhan jerih payah dan pengorbanan kita tidak pernah
sia – sia.
Membantu atau berkorban bagi orang lain memang
menuntut konsekuensi kehilangan. Tetapi buah hasil pengorbanan selalu memberikan kebahagiaan jiwa. Janganlah
jemu – jemu berbuat baik. Karena kita telah terlebih dahulu menerima kebaikan Tuhan.
Taburlah cinta Tuhan maka kitapun akan menuai cinta Tuhan. Tuhan Yesus bersabda
: "Barangsiapa
mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak
mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.”
(Yohanes 12:25). Tuhan memberkati.
_WarOpen, 1403’19_
Belum ada Komentar untuk "CINTA YANG RELA BERKORBAN (Yohanes 12:20-25)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.