RENUNGAN : KEHIDUPAN ADALAH PANTULAN SIKAP KITA
Sebuah
kata bijak bunyinya begini: PERTANDINGAN BUKAN SEKEDAR SOAL MENANG ATAU KALAH.
RESPEK ITULAH YANG PALING PENTING. Kata bijak ini mengingatkan kita sebuah hal
yang hampir hilang ditengah aroma persaingan ketat. Persaingan ketat tim Sepak
Bola Favorit kita, Persaingan ketat politik di Tahun 2019 ini dan berbagai
bentuk persaingan lainnya. Hal yang hampir hilang yaitu sikap Respek terhadap
sesama. Respek dalam pengertian bahasa Indonesia yaitu rasa hormat, perbuatan
mulia yang terlahir dari rasa menghormati. Tapi sebenarnya respek ini bukan
hanya sekedar perasaan hormat dan menerima keberadaan orang lain tapi juga
punya kepekaan dan kepedulian pada sesama dan kepentingan bersama.
Sikap
respek jelas terlihat dalam bacaan Alkitab saat ini dalam Matius 7:12, Yesus katakan: "Segala
sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian
juga kepada mereka". Kristus datang untuk mengajar kita bukan saja mengenai
apa yang harus kita ketahui dan percayai, melainkan juga apa yang harus kita
lakukan. Apa yang harus kita lakukan, bukan saja terhadap Allah, melainkan juga
terhadap manusia; bukan saja terhadap sesama murid Tuhan, orang-orang yang
segolongan dan seiman dengan kita, tetapi juga terhadap semua orang secara
umum, siapa saja yang berhubungan dengan kita.
Bagian ini adalah bagian dari Khotbah
Yesus di bukit. Khotbah di Bukit berisi penyataan dari prinsip-prinsip
kebenaran Allah bagi semua orang yang mau menjadi murid-Nya. Semua orang yang
menjadi anggota Kerajaan Allah harus lapar dan haus akan kebenaran yang
diajarkan. Menariknya Khotbah Kristus mengandung pilihan, ada 2 pilihan yang
sangat kontras yaitu 2 jalan, 2 pohon, 2 dasar. Pilihan apa yang kita miliki?
Apa yang kita lakukan dan apa yang
kita ucapkan merupakan pilihan kita. Tapi bukan sekedar pilihan. Itu menunjukan
kualitas diri dan kualitas spiritual kita. Respek adalah pilihan yang
menunjukan kualitas kita. Yang jelas apa yang kita tabur itulah yang akan kita
tuai.
Ada
sebuah kisah tentang seorang bocah sedang mendaki gunung bersama ayahnya. Tiba-tiba
si bocah tersandung akar pohon dan jatuh. “Aduhh!” ia menjerit kesakitan dan
jeritannya itu memecah keheningan suasana pegunungan. Si bocah amat kaget, karena
ia mendengar suara yang menirukan teriakannya persis sama, “Aduhh!”. Karena penasaran,
ia berteriak lagi, “Hei! Siapa kau?” Suaranya menggema, “Hei! Siapa kau?” Lantaran
kesal mengetahui suaranya selalu ditirukan, si anak berseru, “Dasar, Pengecut
kamu!” Lagi-lagi ia terkejut ketika suara dari sana membalasnya dengan umpatan
serupa.
Ia
bertanya kepada sang ayah, “Apa yang terjadi?” Dengan penuh kearifan sang ayah
tersenyum, “Anakku, coba perhatikan.” Kemudian Lelaki itu berkata keras, “Saya
kagum padamu!” Suara di kejauhan menjawab, Saya kagum padamu!” Sekali lagi sang
ayah berteriak “Kamu sang juara!” Suara itu menjawab, “Kamu sang juara!” Sang
bocah sangat keheranan, meski demikian ia tetap belum mengerti. Lalu sang ayah
menjelaskan, “Suara itu adalah gema, tapi sesungguhnya itulah kehidupan.”
Kehidupan memberi umpan balik atas semua ucapan dan tindakanmu.
Kehidupan
kita adalah sebuah pantulan atau bayangan atas tindakan kita. Bila kamu ingin
mendapatkan lebih banyak cinta di dunia ini, ya tumbuhkan dan tebarkan cinta di
dalam hatimu. Hidup akan memberikan kembali segala sesuatu yang telah kau
berikan kepadanya. Ingat, hidup bukan sebuah kebetulan tapi sebuah bayangan
dirimu.
Jalanilah hari-hari hidup kita dengan
menebarkan bunga-bunga kasih di sepanjang jalan yang kita lewati, agar orang
yang melewatinya bisa menikmati keindahannya. Persaingan di segala bidang itu hal biasa, tapi jangan lupakan bersikap Respek terhadap orang lain. Tuhan memberkati.
_WarOpen, 2002'19_
Amin terimakasih buat firman Tuhan yg begitu indah.
BalasHapusAmin ... Tuhan memberkati sahabat DEAR PELANGI ...
Hapus