KHOTBAH : PEMBUKAAN KONVEN (PERTEMUAN) PENDETA (I Korintus 12:12-31)
Jemaat yang dikasihi dan diberkati Tuhan
Ada kisah tentang anggota – anggota tubuh.
Suatu ketika anggota-anggota tubuh mengadakan rapat, mereka membahas kerja sama
yang selama ini berlangsung. Semua anggota tubuh mengajukan keberatan kepada
perut. Mereka merasa tidak adil karena harus menyediakan makanan dan membawanya
ke perut, sementara perut sendiri hanya mencerna hasil jerih payah mereka. Ketika
kenyang, bukan kaki atau tangan yang dielus, perutlah yang dielus – elus.
Karena merasa tidak adil, akhirnya para anggota tubuh memutuskan untuk
melakukan aksi mogok. Tangan tak mau mengangkat, kaki tak mau melangkah, mulut
tak mau menganga, gigi tak mau mengunyah dan tenggorokan tak mau menelan.
Mereka berpikir, bahwa dengan cara ini perut akan melakukan sesuatu. Setelah
beberapa hari aksi itu berlangsung, tubuhpun lemas. Tangan, kaki, mulut, dan
seluruh anggota tubuh menjadi lemah bahkan tubuh terancam mati. Demikianlah
akhirnya para anggota tubuh belajar bahwa dalam saling membantu mereka
sebenarnya bekerja untuk kebaikan mereka sendiri.
Jemaat yang dikasihi dan diberkati Tuhan
Pembacaan kita dalam I Korintus 12:12-31
adalah tentang banyak anggota tetapi satu tubuh. Kita semua tahu bahwa Paulus berbicara
tentang pokok ini sebagai koreksi terhadap kehidupan jemaat di Korintus. Dalam
laporan dari keluarga Kloë (1:11) terjadi perselisihan dan perpecahan dalam Jemaat
Korintus. Ada golongan Paulus, Apolos, Kefas dan Kristus. Ada perbedaan –
perbedaan antara Yahudi dan Yunani, budak dan orang merdeka. Bagi Paulus persoalan
di Korintus bukan sekedar soal hubungan antar manusia. Bukan semata – mata masalah
sosial. Itu adalah soal panggilan Iman.
Di dalam bacaan ini ada nasihat agar tiap
- tiap anggota tubuh berfungsi secara baik dan saling memperhatikan satu dengan
yang lain. Ada nasihat bahwa tugas para pekerja dalam Jemaat memang berbeda
tetapi wibawa jabatannya semua sama. Nasihat
Paulus ini bukan hanya menyangkut fungsi dan sistem dalam Gereja tetapi
sesungguhnya ini adalah hakekat Gereja. Sebagai tubuh, Gereja mesti berpaut pada
Kristus sang Kepala. Gereja harus menjadi Gereja yang hidup, yang
anggota-anggotanya dan para pekerjanya saling bersinergi satu dengan yang lain.
Jemaat yang dikasihi dan diberkati Tuhan
Prinsip bekerja bersama sebagai tubuh
Kristus adalah prinsip dasar dalam Persekutuan di lingkungan GKI dan prinsip
inilah yang harus menjiwai dan terimplementasi dalam menata Rumah besar GKI di
Tanah Papua. Sebagaimana yang disampaikan Paulus dalam ay. 31 bacaan kita: ….
Dan aku menunjukan kepadamu jalan yang lebih utama lagi. Lalu sesudahnya Paulus
melanjutkan dengan Pokok tentang Kasih pada pasal 13. Itu berarti Paulus hendak
menegaskan bahwa Hakekat Gereja selaku tubuh Kristus yang hidup dan saling
bersinergi dapat terwujud apabila Gereja dipersatukan dalam Ikatan Kasih. Di
persatukan dalam Ikatan kasih yang menjadi tema Konven ini adalah kunci dari
kehidupan bergereja dan kehidupan para pekerja Gereja.
Jemaat yang dikasihi dan diberkati Tuhan
Selama beberapa hari ini, para Pelayan
Firman meninggalkan sejenak rutinitas pelayanan, keluarga, jemaat dengan segala
persoalannya untuk masuk dalam Konven Pelayan Firman (Pendeta, Guru Jemaat,
Guru Injil) di Wilayah III, IV dan V.
Kita bertekad sebagaimana Sub Tema pelaksanaan konven bahwa Melalui
Konven Pelayan Firman kita bangun persekutuan sesama Pelayan, Tingkatkan
Spiritualitas dan Kuatkan Komitmen Pelayanan dalam Menata Rumah GKI di Tanah
Papua.
Membangun persekutuan sesama pelayan
bukanlah hal yang mudah. Ada ungkapan bijak; “Peperangan terbesar, tersulit, terpanjang dan paling melelahkan di
jagad ini adalah membebaskan diri dari penjara egoisme”. Kita menyadari
bahwa hambatan terbesar adalah egoisme. Egoisme menjadi tembok yang menyekat
kita dengan orang lain. Egoisme membuat kita melihat rekan sepelayanan bukan
lagi sebagai rekan tetapi sebagai saingan. Egoisme juga memisahkan kita dari
sekitar kita dan membuat kita merasa asalkan kamar kita nyaman, asalkan
kebutuhan kita terpenuhi, orang lain, teman lain, kamar lain bukanlah urusan
kita.
Melalui konven ini, siapapun kita:
Pendeta, Guru Jemat ataukah Guru Injil, Pemimpin di Aras Sinode, Klasis ataupun
Jemaat dan dari manapun kita datang : asal jemaat, Klasis atau wilayah; kita semua
pertama – tama perlu membuka hati dan
membebaskan hati dari penjara egoisme agar kita dapat membangun persekutuan
sesama pelayan yang bekerja bersama dan melayani untuk kepentingan seluruh
tubuh dan untuk hormat serta kemuliaan Kristus sang Kepala Gereja.
Jemaat yang dikasihi dan diberkati Tuhan
Melalui konven ini kita bertekad untuk
meningkatkan spiritualitas pelayan. Spiritualitas yang dimaksud bukan sekedar
kesalehan pribadi sebab spiritualitas sesungguhnya adalah Roh yang menggerakkan
Gereja menjadi Gereja yang hidup dan saling bersinergi. Karena itu
spiritualitaslah yang menjiwai seluruh pekerja Gereja dalam pekerjaan pelayanan
dan bagaimana seorang pekerja bersikap, bertindak, bertutur dan berpikir.
Kita juga bertekad memperkuat komitmen.
Komitmen adalah tekad yang kuat pada sesuatu. Komitmen itu harus “all out”, harus habis – habisan. Kalau cuma
setengah – setengah itu bukan namanya komitmen. Altet yang berkomitmen akan
berjuang habis – habisan di lapangan kalau perlu mempertaruhkan nyawanya.
Pelayan yang berkomitmen adalah pelayan yang bukan sekedar terlibat, bukan
sekedar bekerja, bukan mempersoalkan di mana ia ada sebab komitmen terhadap
panggilannya membuatnya menjadi berarti dan menghasilkan buah di tempat di mana
ia berada.
Jemaat yang dikasihi dan diberkati Tuhan
Jadi melalui bagian Firman Tuhan bagi kita
saat ini, dalam terang Tema dan Sub Tema pelaksanaan konven ini, marilah kita
menyadari bahwa betapa sedikit hal yang dapat kita kerjakan sendiri tetapi
ketika kita dipersatukan dalam ikatan kasih, membangun persekutuan bersama,
tingkatkan spiritualitas dan kuatkan komitmen maka ada banyak hal besar yang
dapat kita kerjakan bersama. Kita mengerjakan bagian kita dan Tuhan mengerjakan
bagian-Nya dan kita akan melihat tanda – tanda heran Tuhan bekerja melalui
Gerejanya.
Hari ini, GKI di Tanah Papua telah berusia
58 tahun 2 hari, banyak pekerjaan yang Tuhan sudah kerjakan melalui sejarah
perjalanan Gereja ini tapi Tuhan akan terus bekerja melalui kita untuk
menampakkan wajah GKI di Tanah Papua. Masuklah ke dalam konven Pelayan Firman untuk
menemukan dan memperkuat hakikat diri dan panggilan kita sebagai pekerja dan
sebagai Gereja.
Akhirnya sebuah kata bijak menjadi
perenungan bagi setiap pribadi bahwa pelayanan kita bukanlah sekedar pekerjaan.
Bila
kita melakukannya untuk diri sendiri itu PEKERJAAN
Bila
kita melakukannya untuk Tuhan itu PELAYANAN
Bila
kita melakukannya selama ada waktu luang itu PEKERJAAN
Bila
kita melakukannya dengan seluruh waktu dan hidup kita itu PELAYANAN
Bila
kita berhenti karena tidak ada orang yang berterima kasih itu PEKERJAAN
Bila
kita melakukannya bahkan ketika kita di hina itu PELAYANAN
Bila kita merasa telah banyak
berkorban dan karena itu kita pantas dihargai itu PEKERJAAN
Bila kita merasa
belum cukup melakukan apa – apa dan terus bersandar pada anugerah-Nya itu
PELAYANAN
Bila yang kita
pikirkan adalah uang itu PEKERJAAN
Bila yang kita
pikirkan adalah kesetiaan itu PELAYANAN
Tuhan memberkati kita dengan Firman-Nya
dan selamat memasuki Konven Pelayan Firman. Amin!
Serui,
28 Oktober 2014
(Khotbah pada Ibadah Pembukaan Konven
Pelayan Firman - Pendeta, Guru Jemaat, Guru Injil - Wilayah III, IV dan V di
Klasis GKI Yapen Selatan, Jemaat GKI Kapernaum Serui)
Belum ada Komentar untuk "KHOTBAH : PEMBUKAAN KONVEN (PERTEMUAN) PENDETA (I Korintus 12:12-31)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.