KHOTBAH : KUASA ALLAH DALAM MUJIZAT
Kita menyebut diri orang beriman. Iman dalam Perjanjian Baru
berasal dari Bahasa Yunani kata benda : “pistis”
dan kata kerja “pisteuo”. Secara
Alkitabiah iman lebih terletak pada hakekat komitmen, kesetiaan, pengandalan
kepada Tuhan dan tindakan aktif mempercayai Tuhan. Iman yang tertuju pada
Yesus, mengandalkan kuasa Yesus dan menaruh harapan satu – satunya pada Yesus.
Tiada yang lain selain Yesus. Kuasa Yesus yang tidak pernah berubah dahulu
sekarang dan selama – lamanya menjadi dorongan yang membuat orang percaya bertindak
secara aktif untuk mengalami mujizat – mujizatNya.
Di tengah – tengah kehidupan beriman, kita mengalami banyak
pelajaran iman. Melalui pembacaan Alkitab bagi kita saat ini kita juga beroleh
pelajaran – pelajaran iman. Iman dari para pengusung si Lumpuh sangat luar
biasa yakni:
- Iman mereka adalah iman yang aktif. Iman yang membuat mereka bertindak secara aktif untuk membawa si Lumpuh kepada Yesus. Para pengusung memiliki keyakinan bahwa Yesus memiliki kuasa untuk menyembuhkan penyakit.
- Iman mereka adalah iman yang pantang menyerah. Ketika mereka terhalang oleh orang banyak. Mereka tidak menyerah begitu saja. Mereka tidak memilih untuk pulang. Mereka terus bertindak secara aktif. Ayat 19 memakai kata-kata kerja yang menunjukan tindakan iman itu : “naik ke atap rumah”; “membongkar atap”; “menurunkan si lumpuh”
- Iman mereka adalah iman yang “kreatif”. Mereka mencari solusi di tengah – tengah masalah. Mereka berpikir kreatif ketika diperhadapkan dengan hambatan. Mereka bersedia menempuh resiko “naik ke atap rumah” untuk membawa si Lumpuh berjumpa dengan Yesus.
- Iman mereka adalah iman yang mengalahkan egoisme. Mereka rela berkorban demi kesembuhan si lumpuh. Mereka dapat bekerja sama dan tidak mementingkan diri sendiri. Bayangkan jika salah satu dari pengusung itu berpikir egois, mungkin si Lumpuh tidak dapat berjumpa dengan Yesus. Tanpa kerja sama yang baik dari para pengusung maka si Lumpuh bisa saja terjatuh dan kelumpuhannya menjadi lebih parah. Ternyata hati para pengusung dipenuhi oleh kasih bagi si Lumpuh. Kasih itulah yang menggerakkan mereka bertindak dalam iman. Kasih itulah yang membuat mereka menyingkirkan egoisme. Egoisme memang adalah hambatan terbesar dalam persekutuan dan racun dalam kebersamaan. Iman yang berlandaskan kasih adalah iman yang mengalahkan egoisme.
Iman para pengusung berperan besar dalam hidup si lumpuh sehingga
si lumpuh mengalami pengampunan dosa dari Tuhan dan sembuh dari kelumpuhannya
serta memuliakan Allah.
Kita menyebut diri beriman tetapi apakah iman kita tampak
dalam tindakan aktif ataukah iman kita hanya sekedar pengakuan percaya saja?. Kita
harus mengingat bahwa Mujizat Allah dinyatakan bagi orang – orang yang memiliki
kesungguhan Iman. Jika kita menginginkan mujizat Allah terjadi dalam hidup kita
maka kita mesti memiliki iman yang aktif, pantang menyerah, bersedia menempuh
resiko dan dipenuhi oleh kasih-Nya.
Seringkali orang percaya meragukan kuasa Tuhan dan terlalu cepat
menyerah lalu beranggapan bahwa semua jalan telah tertutup. Percayalah, dalam
kasih dan kuasaNya, Tuhan sanggup membuka jalan saat tiada jalan. Karena itu
janganlah menyerah karena Tuhan memiliki cara yang ajaib.
Kadangkala orang percaya bertindak menurut keinginan hatinya dan
sulit menerima resiko – resiko dari beriman kepada Yesus. Kita merasa punya “alternatife
lain” diluar Tuhan untuk menjadi solusi kehidupan kita. Akibatnya, kita menjadi
seperti para Ahli Taurat dan orang Farisi yang tahu tentang Tuhan tetapi tidak
dapat mengalami kuasa mujizat-Nya.
Seringkali orang percaya kehilangan kepekaan terhadap dunia
sekitarnya. Ada banyak kelumpuhan yang terjadi di sekitar kita. Bukan saja
orang yang lumpuh secara jasmani tetapi juga kelumpuhan sosial, kelumpuhan
moral, kelumpuhan ekonomi. Panggilan kita sebagai orang beriman adalah
panggilan untuk peka dalam iman dan menjadi pelaku – pelaku pembebasan terhadap
berbagai kelumpuhan itu.
Panggilan kita bukan saja untuk mengaku percaya tetapi juga untuk mewujudkan
“percaya” itu dalam tindakan – tindakan iman. Panggilan kita bukan saja untuk
berbicara dan berkhotbah tentang kasih tetapi juga menyatakan kasih itu dalam
perbuatan nyata bagi sesama kita dan bagi dunia yang berada dalam berbagai
kelumpuhan
Marilah kita berjalan bersama sebagai Gereja. Marilah kita
menyatakan iman yang aktif, yang mengalahkan egoisme dan yang berkomitmen agar
kehidupan bergereja dan kehidupan di tempat di mana kita berada mengalami berkat
– berkat dan mujizat Tuhan. Agar sesama kita dan dunia mengalami pembaharuan serta pembebasan dari berbagai
kelumpuhan. Amin.
_Sorong, 2402"19_
Belum ada Komentar untuk "KHOTBAH : KUASA ALLAH DALAM MUJIZAT"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.