ARTIKEL : HAKEKAT SIDI
Pemuda Gereja dalam
Gereja – gereja Protestan yang telah berusia 17 tahun biasanya mulai dianjurkan
untuk mengikuti kelas Katekisasi. Sesudah itu mereka akan diteguhkan sebagai
Anggota Sidi Jemaat. Ibadah dan Peneguhan Anggota Sidi Jemaat yang baru menjadi
sebuah momen special dan mengharukan baik bagi pemuda yang diteguhkan, orang
tua dan keluarga juga teman – teman sesama pemuda. Di momen special itu, para pemuda tampil dengan baju putih hitam bahkan
ada yang memakai Jas dan berdasi sedangkan para pemudinya menggunakan pakaian
putih hitam juga atau serba putih. Gereja – gereja Protestan memiliki Liturgi
Khusus bagi Peneguhan Anggota Sidi Jemaat. Semua hal secara teknis dan
pengajaran disiapkan bagi momen special itu.
Ketika setiap calon Anggota
Sidi Jemaat menyatakan pengakuannya, berbagai rasa berkecamuk di hati. Sebuah pengakuan,
sebuah komitmen mengikut Yesus dengan setia dan memikul Salib hingga akhir
hayat. Bagaimana nantinya? Sanggupkah
menjalani hidup sesuai pengakuan itu? Dan berbagai pertanyaan lainnya yang
muncul dibenak Anggota Sidi Jemaat yang baru, bercampur dengan sukacita bersama
para sahabat, serta kelegaan dan kebanggaan orang tua. Peneguhan Sidi bukan
sekedar melanjutkan tradisi dalam Gereja saja tetapi sebuah akta iman yang
mengandung keterlibatan rasa dan jiwa.
Kata Sidi
berasal dari bahasa Sansekerta, artinya penuh atau sempurna. Ketika istilah ini
dipakai di dalam gereja, lebih kepada status keanggotaannya. Apabila seseorang
telah menerima peneguhan sidi, itu artinya secara gerejawi keanggotaannya sudah
penuh. Peneguhan Sidi
mempunyai makna bahwa proses pembinaan atau pengajaran iman yang dilakukan
selama katekisasi telah selesai dan dapat dipertanggung jawabkan.
Peneguhan Sidi dalam tradisi Gereja mulai
berlangsung di zaman Reformasi Gereja. Calvin menolak konfirmasi dalam gereja
Roma Katolik sebagai suatu sakramen (Institutio IV.XIX). Tradisi itu
dilanjutkan dalam Gereja Protestan tetapi dengan memberi nilai yang baru, bukan
lagi sebagai sakramen, namun menggantikannya dengan suatu upacara yang khusut penuh
hikmat, terhadap seorang yang akan mengikuti perjamuan pertama.
Abad ke-13, Sidi dalam Gereja Reformasi, dilakukan atau diberi bentuk yang konkrit oleh seorang yang bernama Martin Bucer (1491-1551).
Abad ke-13, Sidi dalam Gereja Reformasi, dilakukan atau diberi bentuk yang konkrit oleh seorang yang bernama Martin Bucer (1491-1551).
Gereja – gereja di Indonesia yang mewarisi
corak Gereja dari Belanda, menggunakan istilah peneguhan sidi atau naik sidi.
Tetapi bagi gereja-gereja yang berlatar belakang Jerman menggunakan istilah
konfirmasi yang berasal dari kata Latin Corfirmatio (Ingg: confirmation,
Jerman: Konfirmation) yang berarti peneguhan atau penguatan.
Sidi merupakan upacara penerimaan sebagai anggota jemaat secara penuh,
Sidi merupakan upacara penerimaan sebagai anggota jemaat secara penuh,
Dalam Gereja
Protestan, Peneguhan Sidi bukan sakramen. Peneguhan sidi merupakan pelayanan
khusus (penting) dalam Gereja dimana orang yang menyatakan pengakuan percaya (sidi)
akan mengaku
imannya di hadapan Tuhan
dan jemaat. Sebelumnya ketika orang tua membawa seorang anak untuk menerima
Sakramen Pembaptisan Kudus, anak tersebut belum mengerti arti Baptisan. Orang
tua dan jemaatlah yang akan mengaku di hadapan Tuhan untuk membina, mendidik
dan membimbing anak yang dibaptis dalam iman kepada Yesus. Kelak ketika si anak
dewasa, ia akan menerima pengajaran – pengajaran iman di kelas Katekisasi dan
sesudah itu ia akan mengaku imannya sendiri ketika diteguhkan sebagai Anggota
Sidi Jemaat. Janji orang tua telah ditepati dan sang anak percaya
kepada Yesus Kristus. Melalui peneguhan sidi, seseorang diterima sebagai anggota jemaat
yang bertanggung jawab untuk mengambil bagian dalam pelayanan jemaat, memiliki
hak memilih dan dipilih, bertanggunggungjawab sendiri atas imannya, dapat
mengikuti perjamuan kudus dan ikut serta dalam pengambilan keputusan dalam
jemaat.
Kata sidi memang tidak
kita temukan dalam Alkitab. Tetapi praktek sidi yang muncul dari perkembangan
sejarah dan tradisi Gereja sesungguhnya bertitik tolak dari Alkitab. Pengakuan
Petrus dalam Matius 16:16 : “ … Engkau
adalah Mesias, Anak Allah yang hidup,” adalah contoh bahwa pengakuan yang
lahir pengenalan tentang Kristus. Pengakuan Petrus bukan sebuah pengakuan
berdasarkan pengetahuan, atau pengakuan karena menyaksikan mujizat Yesus
melainkan pengakuan karena mengalami sendiri hidup bersama Yesus, karena
pengenalan yang benar tentang Kristus. Meskipun sesudah itu Petrus menyangkal
apa yang pernah diucapkan dengan mulutnya (Matius 26:30-35), tetapi
pengakuannya itu dibaharui kembali dan komitmennya diperteguh lagi (Yohanes
21:15-19). Pengakuan iman memang harus disertai tindakan pembaharuan hidup yang
berlangsung terus – menerus saat
mengikut Tuhan. Pengakuan iman itu harus diwujudkan dalam ketaatan menyangkal
diri dan kesetiaan memikul Salib dan mengikut Tuhan.
Pengakuan Tomas dalam
Yohanes 20:28 : “… Ya Tuhanku dan
Allahku!” adalah sebuah pengakuan yang berasal dari kesungguhan hati. Tomas
yang sebelumnya meragukan kebangkitan Yesus kemudian menjadi percaya dengan
kesungguhan. Tomas yang sebelumnya menuntut bukti kemudian menjadi berserah
sepenuhnya. Tomas yang sebelumnya bergelut dalam keraguan kemudian bertelut
dalam pengakuan bahwa Yesuslah Tuhannya. Sebelumnya Tomas berpikir bahwa iman
harus masuk akal tetapi kemudian ia menyadari bahwa iman ternyata melampaui apa
yang dipikiran oleh akal. Tomas membuat pengakuan secara terbuka dengan penuh keyakinan.
Pengakuan Tomas bahwa Yesus adalah Allah merupakan landasan iman Kristen. Dari
kisah Tomas, Yesus memberi penegasan tentang hal percaya meskipun tidak
melihat. “Iman adalah dasar dari segala
sesuatuyang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”
(Ibrani 11:1).
Dalam Roma 10:9-10 : “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu
bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah
membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan
hati orang percaya dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.” Bagian
ini menegaskan bahwa Iman di hati dan pengakuan di mulut adalah 2 hal yang
tidak terpisahkan, ibarat 2 sisi dari 1 mata uang. Percaya yang sungguh dari
hati terungkap melalui pengakuan dari mulut dan pengakuan dari mulut teruji
dalam bukti percaya yang sungguh dari hati. Jalan keselamatan telah terwujud di
dalam Yesus Kristus, respons kita adalah hati yang percaya dengan sungguh dan
yang melahirkan pengakuan bahwa Yesuslah Tuhan. Pengakuan dengan mulut dan
kepercayaan di dalam hati mengacu kepada tanggapan lahirriah dan tanggapan
batiniah. Keyakian batiniah harus terungkap
secara lahiriah.
Beberapa bagian Alkitab
yang diuraikan di atas adalah bagian – bagian Alkitab yang menjadi dasar dari
peneguhan Sidi dalam Gereja. Ada banyak bagian Alkitab yang lain tetapi 3
bagian tadi sudah cukup memberi penjelasan mengapa Sid menjadi pelayanan khusus
yang special dan penting di dalam Gereja. Itulah hakekat Sidi dalam Gereja.
Pentingnya Sidi dalam
Gereja bukan saja diukur dari ritus Liturginya atau sejumlah pengetahuan yang
telah dimiliki oleh Anggota Sidi Jemaat yang baru. Pentingnya sidi akan diuji
dalam perjalanan waktu ketika setiap Anggota Sidi Jemaat mengikut Yesus sambil
menyangkal diri dan memikul Salib. Yang diimpikan seringkali sangat berbeda
dengan kenyataan. Kebanggaan, keharuan dan sukacita pada ritus Ibadah Sidi
bukanlah akhir tetapi justru merupakan awal dari sebuah perjuangan iman yang
tidak mudah. Tetap setia pada komitmen antara apa yang diucapkan dalam pengakuan
dan apa yang dilakukan dalam perjuangan hidup menjadi Salib berat yang
kadangkala kita pikul dengan terseok - seok. Kita bisa mengalami seperti
Petrus, atau Tomas atau bahkan Yudas Iskariot. Antara harapan dan kenyataan
memang bisa saja berbeda. Yang kita harapkan Putih, yang menjadi kenyataan
malah Hitam kelam. Tetapi mengikut Yesus berarti bersedia menerima resiko
sepahit apapun, seberat apapun. Asalkan kita berjalan mengikuti Jejak kaki-Nya,
salib itu dapat kita pikul hingga akhir. Tuhan memberkati.
Catatan saya : Artikel
Hakekat Sidi dapat dipakai sebagai bahan ajar dalam pelajaran Katekisasi.
Selanjutnya sahabat DEAR PELANGI bisa mengikuti Postingan saya tentang
AKTIVITAS : ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN, sebagai aktivitas yang melibatkan
siswa Katekisasi memahami Hal mengikut Yesus ketika mereka diteguhkan sebagai
Anggota Sidi Jemaat.
Keterangan gambar :Ibadah Peneguhan Anggota Sidi Jemaat yang Baru Tahun 2010 di Jemaat Sion Mambui, Klasis Waropen, GKI Di Tanah Papua (Koleksi Pribadi)
_Sorong, 2702’19_
terima kasih untuk catatan yang baik ini. Kunjungi: bit.ly/WebGrefer
BalasHapusTerima kasih .... Tuhan memberkati
Hapus