ARTIKEL : HAKEKAT KATEKISASI
Istilah katekisasi berasal
dari kata kerja bahasa Yunani Κατεχειν
(katekhein) yang berarti memberitakan, memberitahukan, mengajar, dan
memberi pengajaran. Katekisasi dimengerti sebagai suatu masa pengajaran
iman. Katekisasi ialah pengajaran iman Kristen yang diselenggarakan oleh Gereja
untuk menolong warga dan calon warga Gereja mencapai kedewasaan Kristen. Melalui Katekisasi maka anggota gereja dan sekaligus warga masyarakat menjalani hidup secara bertanggungjawab dengan mengikuti
teladan Kristus.
Beberapa istilah: pengajar katekisasi disebut katekis
atau katekhet, muridnya disebut katekumen.
Sedangkan proses belajar-mengajar disebut proses kateketis.
MAKSUD DAN TUJUAN
Katekisasi berfungsi sebagai
suatu sarana bagi tumbuh dan berkembangnya iman warga dan calon warga jemaat
dalam mengikut Kristus sebagai Juruselamat. Tujuannya agar mereka dapat
mewujudkan iman itu dalam kehidupan sehari-hari. Disebut sarana karena
merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk menolong warga jemaat dan calon
warga jemaat memahami iman Kristen. Katekisasi
(pengajaran) itu tidak berhenti setelah waktu katekisasi selesai atau
sidi. Sesungguhnya katekisasi itu berlangsung seumur hidup, dalam arti sepanjang
hidup kita harus mau menerima pengajaran Tuhan dan mewujudkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Tujuan katekisasi ialah pendewasaan diri
secara Kristiani dari katekumen, baik warga jemaat maupun calon warga. Pertumbuhan menjadi dewasa itu merupakan
proses seumur hidup. Dengan demikian, katekisasi bukan sekadar untuk memenuhi
persyaratan sidi, menjadi warga gereja penuh atau dapat mengikuti Perjamuan
Kudus.
Secara
rinci proses pendewasaan katekumen itu meliputi:
a.
Makin
kuatnya iman pribadi katekumen kepada Kristus, artinya:
- Makin taat kepada-Nya
- Makin berkembang dalam pengetahuan tentang Firman Tuhan
- Makin percaya kepada-Nya
- Makin berpengharapan kepada-Nya
b. Makin bersekutu dengan jemaat
c.
Makin
aktif bersaksi dan melayani dalam gereja dan masyarakat
d. Makin menyadari tugas dan tanggung jawab
sebagai warga gereja yang dewasa
SEJARAH KATEKISASI
Katekisasi
berawal dari kebiasaan yang terjadi di Israel.
Dalam PL (Ul. 6:20-25; Maz. 78:1-7, dll.) disebutkan, bahwa orang tua
ditugaskan memberikan pengajaran kepada anak-anak mereka tentang
perbuatan-perbuatan Allah yang besar. Anak-anak itu harus meneruskan pengajaran
orang tua mereka kepada anak-anak mereka. Jadi, mereka melakukannya secara
lisan turun-temurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan
demikian, mereka memelihara tradisi lisan itu tentang perbuatan-perbuatan Allah
yang besar. Katekese pada masa PB diawali dengan
pengajaran yang sangat sederhana, dengan pengakuan bahwa“Yesus adalah Tuhan”.
Pengakuan iman itu juga disertai dengan bimbingan etis.
Awal abad pertama hingga abad ke- 2, katekisasi berkembang dengan baik.
Pengajaran itu diberikan agar anak-anak tidak hanya menghafal ayat-ayat, tetapi
juga untuk mengetahui maknanya. Pada abad
– abad pertengahan katekisasi mengalami pasang surut. Katekisasi hanya
diberikan kepada orang-orang yang berpindah agama dari agama lain ke agama
Kristen. Itu pun tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh, dengan teliti. Ajaran
hanya dihafalkan, tidak dihayati.
Pada waktu reformasi.
Reformasi yang menempatkan kembali Alkitab sebagai pusat dalam kehidupan
bergereja menimbulkan perubahan dan pembaruan dalam bidang ketekisasi. Semua
ajaran gereja adalah rangkuman dari ajaran Alkitab. Cerita-serita Alkitab dan
sejarah gereja mulai dijadikan bahan katekisasi. Katekisasi tidak hanya
diberikan kepada orang yang berpindah ke agama Kristen, tetapi diberikan kepada
semua orang. Zwingli dan Calvin berpendapat, bahwa katekisasi adalah tugas
pokok gereja. Bahan-bahan katekasasi tidak hanya dihafalkan, tetapi juga harus
dimengerti; tidak hanya dimengerti dengan otak, tetapi juga dimengerti dengan
hati.
Pada waktu zending
Belanda katekisasi berhubungan erat dengan pelajaran agama di sekolah
(Kristen), sehingga pelajaran agama di sekolah dipandang sebagai “pesemaian”
katekisasi. Pelajaran agama yang diberikan di sekolah adalah pelajaran
katekisasi yang diberikan di gereja seperti, menghafal doa Bapa Kami, dasa
titah, menyanyikan mazmur dll.
Pada waktu sekarang
ini situasi katekisasi di gereja berbeda dari situasi pada
zaman zending. Sekarang ini bahan-bahan yang diajarkan bervariasi. Setiap
Gereja memiliki Bahan Ajar Katekisasi. Materi katekisasi sekarang ini memang
perlu disesuaikan dengan kebutuhan yang berkaitan dengan situasi yang sedang
hidup dan berkembang pada masa kini. Perlu dikembangkan metode yang melibatkan
para katekisan untuk menemukan sendiri maksud Allah melalui materi yang
dipercakapkan bersama. Para katekisan perlu dilatih untuk menggumuli makna iman
mereka dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Catatan Saya :
Materi
hakekat katekisasi ini hanya berupa materi sederhana yang diambil dari berbagai
sumber termasuk saat saya masih menjadi siswa katekisasi. Kiranya dapat dipakai
untuk memperkaya Pengajar dan Siswa Katekisasi dalam memahami hakekat
katekisasi. Sebaiknya pengajaran katekisasi tidak diberikan secara monoton
tapi menggunakan aktivitas Alkitab maupun Game yang membuat siswa
Katekisasi dapat menyerap materi dengan baik. Sebagai contoh materi tentang
Hakekat Katekisasi dan Hakekat Sidi juga disertai aktivitas : Antara Harapan
dan Kenyataan.
Silahkan menanti postingan saya yang
berikutnya tentang Hakekat Sidi dan Aktivitas : Antara Harapan dan Kenyataan.
Keterangan Foto : Ibadah Peneguhan Anggota Sidi Jemaat Baru Tahun 2012, GKI Sion Mambui, Klasis Waropen; GKI Di Tanah Papua (Koleksi Pribadi)
_Sorong, 2602'19_
Belum ada Komentar untuk "ARTIKEL : HAKEKAT KATEKISASI"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.